Tampilkan postingan dengan label sains. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sains. Tampilkan semua postingan

Senin, 30 Desember 2013

Inikah 5 Tanda Kiamat Semakin Dekat?

Semakin uzurnya usia bumi sudah diprediksi sejak puluhan tahun lalu. Upaya penyelamatan memang tetap bergulir, namun di lain pihak keserakahan industri juga menggurita dan menyusup ke berbagai lapisan.

Di penghujung 2013 saja salju tiba-tiba hadir di Mesir, Vietnam, dan Afrika Selatan. Dan masih ingat dengan turunnya salju di Australia tahun 2010 padahal saat itu sedang summer, musim panas? Setidaknya ada 5 tanda ancaman kiamat, hancurnya kehidupan di bumi bisa terjadi. Ironis, empat diantaranya bersumber dari manusia sendiri.



1. Pemanasan global
 
Image Credit: Brittany Jackson

Ketakutan utama dari kehancuran Bumi adalah kerena perubahan iklim. Perubahan iklim dapat menyebabkan cuaca ekstrem, meningkatnya kekeringan di beberapa daerah, penyebaran penyakit ke seluruh dunia, dan daerah dataran rendah di planet Bumi akan tenggelam akibat naiknya permukaan air laut akibat mencair es di Kutub.

Bahkan, banyak ilmuwan yang menyatakan, perubahan iklim bisa menciptakan ketidakstabilan politik, bencana kekeringan, rusaknya ekosistem. Sehingga pada akhirnya Bumi tidak nyaman dan layak untuk ditempati.

 

2. Serangan Asteroid
 

Tercatat, hantaman meteor terdahsyat ke permukaan Bumi pada 30 Juni 1908, ke wilayah Siberia, Rusia menjadi ledakan meteor terbesar yang pernah terjadi sepanjang peradaban manusia.

Meski tidak menimbulkan korban jiwa, kejadian yang populer disebut Peristiwa Tunguska itu telah membumihanguskan 2.000 kilometer persegi wilayah hutan Siberia.

Para ilmuwan di dunia juga sangat mengkhawatirkan ancaman hujan batuan ruang angkasa yang sewaktu-waktu bisa menghantam Bumi.

Para astronom hanya mengetahui sebagian kecil dari jumlah batuan ruang angkasa, padahal masih banyak asteroid-asteroid yang tersembunyi di sistem Tata Surya.

 

3. Ancaman Penyakit

dailykos.com

Penyakit baru selalu muncul setiap tahun. Beberapa penyakit yang menimbulkan pandemi di seluruh dunia adalah wabah penyakit pernapasan akut (SARS), flu burung, dan baru-baru ini muncul virus korona yang dikenal dengan MERS di Arab Saudi.

Sekarang, manusia di suatu negara memiliki hubungan dengan menusia lain di negara lain. Sehingga itu yang menyebabkan pendemi penyakit-penyakit berbahaya bisa menyebar dengan cepat.

"Ancaman pandemi global sudah sangat nyata terjadi," kata Joseph Miller, dalam bukunya yang berjudul Biology.

 

4. Perang Nuklir
 

Saat ini, keberadaan teknologi nuklir, oleh sebagian masyarakat dipersepsikan sebagai senjata, bom, atau hal-hal lain yang negatif.

Nuklir memang menakutkan. Korea Utara pernah memamerkan kekuatan senjata nuklir. Belum lagi, negara-negara lain yang masih menyembunyikannya.

Jika senjata nuklir berada di tangan yang salah, bisa dibayangkan betapa besar dampaknya bagi kesenjangan makhluk di Bumi, tak terkecuali manusia.

 

5. Efek Bola Salju (Snowball)
 

Penyebab-penyebab kehancuran Bumi yang disebutkan di atas bisa saja terjadi. Tapi, beberapa peneliti sangat yakin, efek bola salju dari beberapa penyebab itu akan lebih mungkin terjadi.

Contohnya, pemanasan global akan mengakibatkan perubahan iklim pada suatu negara, sehingga ekosistem pada negara tersebut akan rusak. Seperti, tanaman yang tidak bisa menghasilkan makanan.

Bencana itu memang terlihat kecil, karena terjadi pada satu negara. Tapi, sebenarnya bencana kecil itu lama-kelamaan akan terus meluas ke seluruh dunia. Dan akan terus menggerogoti Bumi secara bertahap.








 












Sumber:
viva

Sabtu, 28 Desember 2013

Jurrasic Park Bisa Jadi Kenyataan

Hewan-hewan purba di film Jurrasic Park sebenarnya bisa jadi nyata. Caranya dengan menghidupkan kembali makhluk purba itu melalui DNA burung.

Teori  ini dikemukakan  ilmuwan biokimia dari University of Oxford, Dr Alison Woollard. "Kita tahu burung adalah keturunan langsung dari dinosaurus. Itu dibuktikan oleh garis keturunan dari fosil yang ditemukan, seperti pada dinosaurus jenis velociraptor atau T-Rex," kata Woollard.

 


Selain burung, sebenarnya sempat ada harapan menghidupkan kembali dinosaurus dengan mengambil DNA dari darah hewan purba. Beberapa waktu lalu, peneliti berhasil menemukan seekor nyamuk purba berumur 46 juta tahun yang di dalam tubuhnya ditemukan darah hewan lain. Tapi sayang, darah yang di dalam tubuh nyamuk itu bukan darah dinosaurus.

Bahkan ilmuwan dari Murdoch University, Australia, mengkonfirmasi, bahwa dinosarus sudah punah pada 65 juta tahun lalu. Harapan ilmuwan untuk menghidupkan kembali dinosaurus, sirna.

Kemungkinan terakhir hanya bisa terjadi bila mempraktekan apa yang diungkap Woollard. Secara teori memang untuk menghidupkan dinosaurus dimungkinkan. Tapi, ada hambatan penerapan teori dan pertanyaan etis yang tidak bisa diabaikan.

"Kesulitan dari penerapan teori ini adalah memahami seluruh genom dinosaurus dalam upaya menyamakannya dengan genom burung. Para ilmuwan harus menyatukan seluruh genom dinosaurus yang ada di dunia. Ya, mirip dengan menyusun puzzle besar yang di dalamnya berisi bagian-bagian kecil," jelas Woollard.

Lalu, jika dinosaurus benar-benar hidup lagi di sekitar kita, apakah manusia siap menerima teror dinosaurus seperti pada film Jurassic Park?









Sumber:
viva

Selasa, 24 Desember 2013

Tahukah Kamu 3 Kepandaian Semut ini?

Meski kecil, semut merupakan hewan yang cukup pintar dalam melakukan banyak hal. Di antaranya mereka adalah makhluk sosial yang hidup dengan kawanannya masing-masing dan saling bekerja sama.

Namun, tahukah kamu, kalau dilihat lebih dekat, semut sebenarnya juga hewan yang cukup unik. Hal ini dikarenakan banyak kebiasaan aneh dari mereka yang selama ini jarang kita lihat.

Lantas, apa saja kebiasaan aneh yang dimiliki semut?


1. Membangun jebakan

Allomerus decemarticulatus adalah satu spesies semut yang hidup di pedalaman Amazon. Semut ini merupakan semut 'pemalas' yang lebih suka menunggu makanan daripada mencarinya.

Semut dari genus Allomerus ini mampu membangun sebuah jebakan di batang pohon dan dedaunan. Jika ada serangga lain yang terjebak di dalamnya, maka kawanan Allomerus decemarticulatus pun langsung mengerubungi serangga itu meski ukurannya lebih besar dari semut-semut tersebut.


2. Budidaya jamur

Bertani merupakan kegiatan yang dilakukan manusia untuk mengumpulkan makanan. Namun, hal ini juga dilakukan oleh semut.

Pada 1970, sebuah penelitian berhasil membongkar fakta bahwa semut melakukan budidaya fungi di sebuah tempat khusus. Layaknya petani, semut pun memenuhi kebutuhan hidup jamur tersebut mulai dari air, pestisida, hingga pupuk alami sebelum jamur mereka panen.


3. Pintar matematika

Menurut prinsip Fermat, jika sebuah gelombang merambat dari satu titik ke titik yang lain, maka gelombang tersebut akan memilih jejak yang tercepat. Hal ini juga dipahami oleh semut dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika sebuah koloni semut menemukan sebuah tempat penuh dengan sumber makanan, maka koloni tersebut akan memikirkan sebuah cara agar bisa menjangkau tempat tersebut dengan cepat. Semut juga memilih jalan yang memiliki permukaan lembut untuk dilewati. Namun jika jalan itu terlalu jauh, maka jalan yang keras pun dijadikan pintasan bagi mereka.

Sumber:
merdeka.

Minggu, 22 Desember 2013

Ilmuwan Berhasil Ubah Alga Jadi Minyak Bumi dalam Satu Jam

Umumnya, butuh 65 juta tahun untuk mengubah material dari tumbuhan seperti alga menjadi minyak bumi. Namun, dengan rekayasa, kini ilmuwan memperpendek proses itu menjadi hanya satu jam.

Teknik pemrosesan tersebut dikembangkan oleh Douglas C Elliot dan timnya dari Pacific Northwest National Laboratory (PNNL) yang dijalankan di bawah Departemen Energi, Amerika Serikat. Hasil studi dipublikasikan di Algal Research.


Diuraikan I Fucking Love Science, untuk mengubah alga menjadi minyak bumi, proses pertama yang dilakukan adalah membuat bubur alga.

Bubur alga itu dimasukkan dalam sebuah reaktor dan kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 350 derajat celsius serta tekanan hingga 3.000 PSI. Kondisi dalam reaktor itu mirip dengan kondisi di bawah permukaan Bumi selama jutaan tahun.

Kurang dari satu jam setelah bubur alga masuk ke reaktor itu, terbentuklah campuran hitam yang terdiri atas minyak bumi, air, dan produk sampingan yang bisa didaur ulang.


Sekali minyak bumi dapat diisolasi dari campuran itu, ilmuwan bisa mendulang bensin, solar, dan bahan bakar jet dengan proses seperti yang dilakukan saat ini. Produk sampingannya sendiri berupa potasium dan nitrogen, bisa dikembalikan ke proses awal, dengan memberi makan alga.

Alga telah lama diketahui berpotensi sebagai sumber energi. Namun, selama ini, pemanfaatannya terkendala proses pengolahan yang lama.

Teknik yang dikembangkan PNNL menjadi solusi. Bila biasanya pemanenan biofuel dari alga harus dimulai dengan proses pengeringan yang lama, kini proses bisa dipersingkat sehingga pemanfaatan alga untuk energi lebih viable.

Hambatannya saat ini adalah soal biaya. Teknologi baru ini punya biaya operasi yang besar, yakni teknologi reaktornya.

Agar bisa lebih murah, PNNL melisensikan teknologinya kepada Genifuel Corporation. Selanjutnya, perusahaan itu akan membangun reaktor dengan skala yang lebih besar.


Sumber :
kompas

Senin, 16 Desember 2013

Bahaya, Medan Magnet Bisa Mengubah Moral

Tingkat kejahatan, asusila, hingga korupsi terkait dengan kadar kesadaran moral individu. Saat nurani mulai terkikis, maka seseorang cenderung mudah melakukan tindakan di luar batas kemanusiaan.

Cukup mengejutkan, penilaian moral dalam diri seseorang terkait dengan bagian tertentu dalam otak. Dan, medan magnet bisa mengubahnya. Hal ini berarti, tindakan sesuai moral bisa saja berbalik 180 derajat sehingga justru melakukan hal-hal yang amoral. Bahayanya, bila cuci otak menggunakan metode ini, Anda tahu hasilnya, kan?

 
Ilustrasi / nytimes.com


Sekumpulan ilmuwan telah membuktikannya lewat serangkain tes. Hasilnya,  mereka bisa mengubah penilaian moral kita hanya dengan mengganggu bagian tertentu otak kita dengan medan magnet.

Patut diketahui, bagian kanan temporo-parietal junction (TPJ) otak menunjukkan aktifitas tinggi ketika kita melakukan penilaian moral seperti mengevaluasi maksud orang lain. Hal ini mengindikasikan bahwa bagian itu penting untuk membuat keputusan moral.

Nah, tim dari MIT menunjukkan bahwa medan elektromaknetis yang ditempelkan di kulit kepala melemahkan kemampuan kita untuk mengevaluasi maksud orang lain, menyisahkan kita sedikit saja kemampuan untuk melakukan penilaian moral.

Penelitian itu mengandalkan non-invasive transcranial magnetic stimulation (TMS) untuk mengganggu bagian kanan TPJ, menghalangi sesaat tembakan normal neuron (sel saraf) di wilayah itu.



Uji coba
Pada satu eksperimen, para peserta diberikan TMS selama hampir setengah jam lalu diminta untuk menjawab soal-soal di mana mereka harus menilai aksi orang-orang berdasarkan maksud mereka. Pada tes kedua, para subyek dipukul dengan ledakan  500-milidetik TMS tepat saat mereka mulai mengevaluasi masalah moral.

Pada kedua kasus, para subyek kontrol mampu mengevaluasi bahaya dan moralitas dari maksud orang-orang, sedangkan mereka yang diberikan TMS membuat penilaian berdasarkan hasil semata.

Sebagai contoh, satu pertanyaan umum dilontarkan apakah secara moral diperbolehkan bagi seorang pria untuk mengijinkan pacarnya menyebrangi jembatan yang dia tahu tidak aman walaupun pada akhirnya pacar dia berhasil menyebrangi jembatan itu dengan selamat. Para subyek kontrol mengetahui maksud untuk membahayakan secara moral tidak diperbolehkan, tapi mereka yang diberikan TMS sebagian besar mendasarkan penilaian mereka semata-mata hanya pada hasilnya; tak berbahaya, tak ada pelanggaran.

Penelitian itu tidak hanya menunjukkan bahwa moral kita tidak sepenuhnya tak bisa terganggu, tapi juga memberikan penerangan tentang cara otak mengatur dan membuat pembagian keputusan moral. Hal itu juga memperkuat sesuatu yang kita semua tahu secara intuisif benar: mencari perbedaan antara benar dan salah adalah sesuatu yang tidak gampang.










 








Sumber:
sainspop

Minggu, 15 Desember 2013

Wow, Ditemukan Siput Laut Pertama yang dapat Melepas dan Menumbuhkan Kelaminnya

Goniobranchus reticulatus atau awalnya dikenal dengan nama Chromodoris reticulata adalah moluska gastropoda laut dalam famili Chromodorididae.

Nudibranch atau siput laut berwarna indah ini dapat ditemukan di Pasifik, perairan Indonesia hingga Filipina. Species yang dapat mencapai panjang 100 mm ini, adalah hewan Hermafrodit yang berarti tiap-tiap mereka memiliki dua kelamin, pria dan wanita sekaligus.


Yang lebih unik lagi, mereka memiliki kemampuan untuk melepaskan dan menumbuh-ulangkan penis mereka. Bagaimana bisa mereka melakukannya?

Kedua organ reproduksi mereka semuanya berada di sisi kanan tubuh mereka, jadi jika mereka berdua bertemu dengan posisi berlawanan, masing-masing dapat memasukkan penis nya ke dalam organ wanita kawannya.

Dengan begitu, mereka saling memberikan sperma satu sama lain. Setelah kawin, penis mereka pun lepas. Namun, tumbuh kembali hanya dalam 24 jam! Penis yang baru langsung berfungsi penuh dan memungkinkan nudibranch ini untuk kawin lagi sebanyak tiga kali dalam tiga hari sebelum kelelahan.


Perkawinan dan morfologi penis pada Chromodoris reticulata.

(a,b) Dua siput saling memasukkan penis mereka ke dalam vagina pasangannya.

(c,d) Autotomized penes setelah kawin, ujung penis bengkak.

Massa sperma (sp) melekat pada penis yang berduri di (d).


Siput laut bukan satu-satunya hewan yang diketahui kehilangan organ reproduksi laki-laki mereka setelah kawin, tetapi adalah hewan pertama yang diketahui dapat menumbuhkan kembali penis nya. Lebah madu Drone juga kehilangan penis mereka saat kawin tetapi mereka kemudian dibiarkan mati.





Sumber :
versesofuniverse

Jumat, 13 Desember 2013

Mengapa Kita Tidak Mudah Lapar Saat Tidur?

Tubuh memiliki mekanisme unik untuk menjaga keseimbangan. Lapar misalnya. Kita bisa tidur semalam suntuk tanpa terbangun karena lapar. Padahal, rasa lapar kerap mendera ketika kita terjaga. Mengapa kita tidak pernah merasa lapar saat sedang tidur? Apa penyebabnya?


Sebuah studi yang dimuat pada Jurnal Neuroscience menyebutkan, fenomena tersebut diakibatkan adanya syaraf dalam usus yang bertugas memberi sinyal kenyang ke otak. Syaraf tersebut bekerja dengan ritme berulang seperti jam.

Tim peneliti dari Universitas Adelaide melakukan serangkaian pengujian yang dilakukan pada tikus. Meski demikian, para ilmuwan yakin hasil penelitian ini juga berlaku pada manusia.

Dikutip dari Huffington Post, hasil penelitian menyebutkan bahwa saat tubuh terjaga, syaraf tersebut menjadi tidak sensitif.

Saat berada dalam periode tidak sensitif, syaraf tersebut tidak responsif mengirim sinyal kenyang ke otak. Itulah mengapa saat terjaga kita merasa lapar dan bisa mengonsumsi makanan sampai kenyang.

Sebaliknya pada malam hari, syaraf tersebut sangat sensitif. Saat kita tidur, syaraf tersebut menjadi responsif mengirim sinyal kenyang ke otak. Akibatnya hanya sedikit makanan yang dapat diterima tubuh dan kita tidak merasa lapar.

"Saat pergantiaan hari menuju periode yang diasosiasikan untuk tidur, syaraf di perut itu lebih sensitif meregang. Ia mengirim sinyal kenyang ke otak lebih cepat, sehingga asupan makanan dibatasi," ujar Dr. Stephen Kentish, peneliti dalam Laboratorium Penelitian Syaraf Usus di Universitas Adelaide.

Ritme kerja syaraf tersebut terus berulang dalam 24 jam. Peneliti menyimpulkan syaraf inilah yang bertugas sebagai koordinator dalam tubuh. Ia menentukan bisa tidaknya tubuh menerima makanan sesuai asupan energi yang dibutuhkan tubuh.


Sumber :
detik

Aceh Sering Kena Tsunami, Terlihat dari Goa ini

Tsunami Aceh 2004 silam bukan yang pertama. Daerah serambi Mekkah ini ternyata beberapa kali dihantam kekuatan alam tersebut, dan rekam jejaknya terlihat pada sebuah goa yang terletak di dekat kota Banda Aceh.


Tim yang dipimpin oleh Charles Rubin dari Earth Observatory Singapore, Nanyang Technological University, mengungkapnya dalam penelitian terbaru. Laporannya diungkap dalam pertemuan tahunan American Geophysical Union di San Fransisco, Kamis (12/12/2013).

Goa yang mereka temukan ini menyimpan lapisan guano (kotoran kelelawar) dan debris tsunami yang masuk ke goa. Debris tsunami bisa diketahui dengan melihat karakteristik pasir dan organismenya, misalnya adanya mollusca dan foraminifera.

Menurut Jessica Pilarczyk, salah satu anggota tim, mereka melakukan penanggalan pada sedimen tersebut dan mengetahui bahwa sedimen itu terbentuk sejak 7.500 hingga 3.000 tahun yang lalu.
Penelitian terus dilanjutkan dan ilmuwan menemukan bahwa sedimen itu menyimpan jejak dari 7-10 tsunami yang pernah menghantam Aceh.

Dengan geometri goa, ilmuwan mengungkapkan bahwa tsunami dipicu oleh gempa yang bermagnitudo 8 atau lebih.

Menurut Pilarzyk, goa yang ditemukan sangat istimewa, memungkinkan sedimen yang menunjukkan sejarah kejadian tsunami benar-benar sempurna.

Sejarah yang terekam dalam sedimen itu punya pesan. Tsunami besar bukanlah peristiwa yang bisa dipastikan. Jeda antar-tsunami besar bisa saja sangat lama, tetapi bisa juga hanya beberapa dekade.


Sumber:
kompas

Senin, 09 Desember 2013

'Ilmu Rawa Rontek' Mulai Tersaingi Dengan Keberhasilan Transplantasi Kepala

Ada yang pernah dengar ilmu Rawa Rontek? Ilmu tingkat tinggi ini konon dikuasai oleh Pitung, sang pendekar legenda Betawi. Ia kebal segala senjata, walau kepalanya terpenggal masih bisa tersambung dan hidup lagi.

Kalau kesaktian semacam itu berbau mistis, tapi tidak bagi ilmu kedokteran dewasa ini. Kabar mengejutkan datang dari Italia.

Sebuah proyek yang disebut HEAVEN mengumumkan dalam sebuah jurnal Surgical Neurology International, penyambungan atau transplantasi kepala pada manusia semakin mendekati kenyataan.

Ilustrasi: Menggambarkan bila transplantasi kepala jadi kenyataan,
bukan tak mungkin menghidupkan kembali presiden dunia yang telah mati.


Dalam jurnal disebutkan Dr. Sergio Canavero menguraikan prosedur untuk mengambil kepala dari donor dan menanamkannya ke tubuh orang lain. Langkah ini melibatkan induksi hipotermia dan memotong syaraf sumsum tulang belakang dengan pisau ultra-tajam, sehingga dapat menyatu dengan sumsum tulang belakang donor.

"Hal ini, tentu saja, benar-benar berbeda dari apa yang terjadi dalam cedera tulang belakang klinis, di mana kerusakan dan jaringan parut menghambat regenerasi," tulis Canavero.

Dr Sergio Canavero yang kini dijuluki "Dr. Frankestein"

Ia menguraikan skenario hipotetis, di mana donor adalah orang yang menglami mati otak. Dia mengatakan, penerimanya bisa siapa saja yang berada dalam kondisi terminal, karena kanker atau apa pun yang meninggalkan otaknya dalam kondisi utuh.

Untuk transplantasi kepala, dua operasi harus dilakukan di ruang yang sama, di mana kedua tali tulang belakang akan terputus secara bersamaan untuk kemudian segera disambungkan, direkatkan dengan zat yang disebut polyethylene glycol, atau PEG.


Sejak 1950

Sebenarnya transplantasi kepala bukanlah hal baru. Menurut catatan, pertama kali terjadi pada tahun 1950 ketika seorang Dokter Rusia mencoba tranplantasi kepala anjing.

Di tahun 1970, Robert White, dari Case Western Reserve University (CWRU), menguji-coba pada monyet. Binatang itu bisa bertahan hidup dengan tubuh baru selama 8 hari. Kelemahannya, kepala monyet yang baru tidak memiliki kontrol atas tubuh saraf baru.

Transplantasi kepala termasuk menyambung kembali jutaan saraf


Berbagai upaya perbaikan terjadi bertahun-tahun kemudian. Percobaan transplantasi pada tikus bisa mengontrol saraf kandung kemih dan diafragma.

Dua bahan kimia chondroitinase dan FGF digunakan untuk memberikan insentif proses rekoneksi. Selain itu, PEG pencahar (polyethylene glycol), dan bahkan melatonin juga dipakai dalam membantu regenerasi saraf.

Kembali pada hasil percobaan Canavero di Italia, berbagai kemajuan telah dicapai. Penyambungan kepala di tahun-tahun mendatang bukan hal yang mustahil. Namun, kendala terbesar adalah kesiapan masyarakat pada terobosan revolusioner ini.

"Masalahnya adalah bukan terkait dengan hal-hal teknis, tapi etis," ungkap Canavero dilansir dari ABCNews.com.

Lebih jauh, menurut sang dokter hasil operasi akan menciptakan sebuah chimera, makhluk mitologis, dan bertabrakan dengan isu-isu etika yang kompleks, misalnya, pasien akan menurunkan sifat genetiknya atau genetik donor.

Ketika kloning pada manusia masih terus diperdebatkan di banyak negara, bagaimana dengan ilmu rawa rontek modern saat ini?


Sumber:
tempo
wikipedia
extremetech
indianexpress

Jangan Sakiti, Karena Tawon Bisa Mengenali Wajah Anda

Seekor tawon lewat dan Anda berusaha memukulnya dengan kertas koran. Tawon itu pergi menghindar. Apakah Anda lalu aman? Mungkin tidak. Tawon mengenali wajah Anda dan bisa kembali menyerang.


Mengejutkan memang. Namun, adalah nyata bahwa jenis tawon kertas bisa mengenali wajah. Elizabeth Tibbetts dari University of Michigan menemukan fakta tersebut. Ia mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal Ethology.

Selain tawon, Tibbetts juga menemukan bahwa lebah madu pun merupakan serangga yang bisa mengenali wajah. Hewan lain yang juga punya kemampuan seperti manusia itu antara lain burung gagak.

Diberitakan I Fucking Love Science, saat ada individu, baik hewan lain maupun manusia, mata tawon kertas dan lebah madu akan membentuk struktur heksagonal. Struktur itu terdiri atas ribuan struktur lebih kecil bernama ommatidia.

Dengan membentuk struktur itu, serangga seperti tawon kertas dan lebah madu berusaha merangkai wajah hewan, manusia, atau obyek apa pun yang ada di hadapannya. Citra yang dihasilkan memang tidak sejelas yang manusia lihat, tetapi cukup bagi tawon untuk mengidentifikasi.

Kini, semakin banyak kemampuan yang semula dianggap istimewa dan hanya manusia yang memilikinya ternyata juga dipunyai hewan lain. Mulai sekarang, hati-hati bila menyakiti si tawon. Siapa tahu, dia akan membalas dendam.


Sumber:
kompas

Jumat, 06 Desember 2013

Buaya Lebih Pintar dari yang Kita Duga

Selama ini sering terlihat buaya hanya diam berjemur di pinggir sungai sepanjang hari. Seolah benar-benar binatang pemalas. Namun hasil penelitian terbaru oleh Vladimir Dinets dari University of Tennessee membuka wawasan baru. Hewan ini sangat pintar.

Dinets mengamati spesies buaya muggers dan American alligator, dan dilihatnya buaya-buaya tersebut sering meletakkan ranting di moncongnya. Rupanya ini bertujuan untuk memikat mangsanya datang. Reptil predator itu kemudian menggoyang-goyangkan ranting agar burung datang. Karena biasanya burung selalu mencari ranting untuk membuat sarang.

 


"Temuan pertama diketahui pada tahun 2007 lalu. Tim melihat perilaku buaya di sebuah kolam di India yang mengumpulkan ranting-ranting di atas moncongnya. Bentuknya mirip seperti sarang burung. Lalu, ketika ada burung yang hinggap di moncongnya, buaya langsung menyergapnya," ujar Dinets.

Hasil dari penelitian telah ini mengubah cara pandang kita terhadap buaya yang terkenal sebagai reptil yang biasa terlihat lesu, bodoh, dan membosankan. Tapi, sebenarnya buaya memiliki taktik berburu mangsa yang sangat terkoordinasi.

"Penemuan ini telah membuka wawasan baru yang sangat mengejutkan dari tingkat kecerdasan buaya. Sekarang kita tidak bisa lagi meremehkan seekor buaya yang sedang diam selama berjam-jam. Bisa saja predator itu sedang menyusun rencana untuk menyergap mangsanya," pungkas Dinets.

 

Catatan:
Perilaku hewan memakai umpan dalam memancing mangsa bukan hanya milik buaya. Seperti diketahui, bangau Butorides virescens menggunakan bulu, ranting, atau buah untuk menarik perhatian ikan. Burung hantu Athene menggunakan kotoran hewan mamalia untuk menarik kumbang kotoran. Demikian jug burung camar menggunakan umpan dalam mencari ikan Finch.





 



Kamis, 28 November 2013

Inilah 10 Spesies Makhluk Hidup Tertua yang Pernah Ditemukan di Bumi

Semua hewan dan tumbuhan yang hidup hingga saat ini adalah makhluk-makhluk yang sudah berhasil hidup dan beradaptasi selama jutaan tahun lalu.

Bahkan sampai sekarang pun, masih ada banyak hewan-hewan prasejarah yang masih hidup. Sebut saja contohnya paus atau komodo. Dua hewan tersebut dipercaya hidup di era dinosaurus menguasai bumi Namun, terdapat 10 makhluk hidup lain yang berumur lebih tua dari dua hewan tersebut.


10. Semut Martialis Heureka (120 juta tahun)


Walaupun termasuk salah satu hewan tertua di bumi, namun semut ini baru ditemukan oleh manusia modern pada tahun 2000 lalu di hutan hujan Amazon, dekat Manaus, Brasil.

Semut ini sempat menghebohkan peneliti karena tak ada matanya, alias buta. Jenis semut yang tanpa mata dan memiliki warna krem ini merupakan keluarga baru dari Martialinae.

Begitu anehnya semut ini hingga dijuluki "Semut dari planet Mars" atau dalam bahasa latinnya Martialis heureka (Ant from Mars) yang kemudian menjadi namanya.

Dan sangat mengagumkan, walau tanpa mata dan hanya dengan mengandalkan kedua sungut antenanya, turunan semut spesies ini dapat beradaptasi dan bisa bertahan hidup sejak lebih dari seratus juta tahun yang lalu.


9. Ikan Sturgeon (200 juta tahun)


Ikan jenis Sturgeon adalah nama umum dari 26 spesies ikan dalam keluarga Acipenseridae, termasuk genus Acipenser, Huso, Scaphirhynchus dan Pseudoscaphirhynchus.

Keluarga dari ikan bertulang tertua ini mempunyai habitat hidup di sungai, danau dan pantai sub-tropis, iklim sedang dan sub-arktik. Sturgeon dapat dijumpai di sekitar Amerika Utara.

Menurut para ahli, dulunya kemungkinan ikan ini memiliki tubuh yang besar, namun dikarenakan evolusi maka menyusut sampai dengan bentuk seperti sekarang.


8. Hewan Laut Horseshoe Shrimp (200 juta tahun)


Horseshoe Shrimp adalah satu-satunya spesies di muka bumi yang tidak mengalami evolusi atau perubahan bentuk sejak 200 tahun lalu. Dari fosil yang ditemukan dan bentuknya sekarang, hewan yang bernama latin Cephalocarida ini juga masih tetap sama.


7. Tumbuhan Ginkgo Biloba (270 juta tahun)


Spesies tunggal dari salah satu divisio anggota tumbuhan berbiji terbuka ini dapat ditemui di mana saja karena ruang hidupnya tersebar luas di seluruh dunia. Dari fosil yang pernah ditemukan dan bentuknya sekarang, Ginkgo biloba tumbuhan ini tidak mengalami perubahan sama sekali. Diperkirakan, tumbuhan ini hidup sejak periode Permian.


6. Ikan Coelacanth


Kata Coelacanth diambil dari bahasa Yunani yang berarti duri berongga. Walaupun sedikit, namun sampai sekarang ikan ini masih hidup di Indonesia, Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar dan Afrika Selatan. Menurut penjelasan di Wikipedia, Coelacanth memiliki sekitar 120 spesies yang diketahui berdasarkan fosilnya.


5. Horseshoe Crab atau Belangas atau Mimi Hitam


Diyakini bahwa hewan ini mulai muncul sejak periode Ordovician atau periode Paleozoikum. Dan menurut para ahli, horseshoe crab jauh lebih mendekati keluarga kalajengking dibandingkan keluarga dari kepiting.

Selain itu, para ahli juga memberikan kesimpulan bahwa Belangas adalah hewan yang memiliki umur lebih tua daripada dinosaurus tertua. Hewan ini dapat hidup di air dan di darat.


4. Nautilus (500 juta tahun)


Nautilus disebut juga living fossil atau fosil hidup karena banyak arkeolog yang menemukan fosil hewan ini di bebatuan, namun sampai sekarang Nautilus masih dapat ditemui di perairan Indo-Pasifik.

Menurut para ahli, di era dinosaurus, hewan ini memiliki beragam varian, dikarenakan banyak faktor, sekarang ini silsilah keluarga Nautilus yang tersisa hanya cephalopoda atau cumi-cumi saja.


3. Jellyfish atau Ubur-Ubur (505 juta tahun)


Ubur-ubur adalah hewan laut yang termasuk dalam kelas Scyphozoa dan tergolong dalam keluarga Cnidaria atau Coelenterata. Tubuhnya berbentuk payung berumbai, dapat membuat gatal pada kulit bila tersentuh. Tercatat ada sekitar 1.800 jenis ubur-ubur di dunia.

Jenis ubur-ubur yang paling berbahaya adalah dari kelompok Cubozoa. Sengatan tentakelnya bisa menimbulkan kematian. Ubur-ubur yang paling mematikan dari kelompok ini adalah ubur-ubur Irukandji, yang ukurannya kecil. Ubur-ubur ini hidup di sekitar pantai Australia.

Hewan ini sangat susah untuk menjadi fosil ketika mati dikarenakan tubuhnya yang tipis dan lunak. Namun, pernah ditemukan sebuah fosil yang diyakini adalah Ubur-ubur purba beberapa tahun lalu.


2. Sponge atau Porifera (580 juta tahun)


Porifera atau spons atau hewan berpori adalah sebuah filum untuk hewan multiseluler yang paling sederhana. Seperti halnya Cyanobacteria, para peneliti mempunyai asumsi bahwa Sponge adalah salah satu makhluk hidup yang ada sejak awal hewan di darat, air dan udara muncul.

Fosil Sponge tertua yang pernah ditemukan adalah berusia sekitar 540 juta tahun di sebuah batu di Australia. Sponge juga mirip Ubur-ubur yang susah untuk menjadi fosil karena karakteristik tubuhnya.


1. Cyanobacteria (3,8 miliar tahun)


Para peneliti mempunyai asumsi bahwa Cyanobacteria adalah makhluk hidup pertama yang hidup di bumi. Cyanobacteria, dikenal pula sebagai sianobakteri(a), bakteri biru-hijau, ganggang biru-hijau (Cyanophyceae), serta ganggang biru, adalah filum (atau divisi) bakteri autotrof fotosintetik.

Jejak fosilnya telah ditemukan berusia 3,8 miliar tahun. Kelompok bakteri ini sekarang adalah salah satu kelompok terbesar dan terpenting di bumi. Makhluk ini hidup di sulfur dan gas metan yang tersebar merata hampir di seluruh tempat di awal bumi terbentuk.

Walaupun kecil, namun Cyanobacteria atau ganggang biru-hijau ini merupakan salah satu kelompok terpenting dalam rantai ekosistem makhluk hidup di bumi. Cyanobacteria dapat ditemui di laut atau samudera, perairan tawar, di permukaan batu sampai di tanah.


Kesimpulan

Itulah 10 hewan paling tua yang masih hidup di Bumi hingga kini sejak ratusan juta tahun bahkan milyaran tahun lalu. Dari semua hewan tersebut, adakah dari mereka yang berevolusi hingga bentuknya berubah, bahkan jadi bentuk hewan lain? Tidak ada.

Inilah bukti nyata, dari fosilnya hingga hewannya sendiri masih dapat saling dibandingkan (compare) dan terbukti bahwa memang mereka tidak berubah menjadi spesies lain. Dan ini bukan suatu teori, ini adalah bukti bahwa makhluk hidup hanya dapat beradaptasi dan bukannya berevolusi menjadi makhluk lain.

Iya, makhluk hidup hanya beradaptasi, bukan berevolusi dari makhluk satu sel atau bersel tunggal hingga dapat menjadi trilyunan sel dengan organ yang ribet dan kompleks, seperti manusia.


Sumber :
indocropcircles

Selasa, 19 November 2013

Lihat Video - 4 Milyar Tahun Lalu Mars itu Planet Berair

Penjelajahan di planet Mars yang banyak menemukan material baru memunculkan hipotesa baru. Material-material ini hanya bisa terbentuk karena adanya air. Evolusi planet pun dipelajari, dan hasilnya NASA merilis video yang mengklaim bahwa planet merah ini dulunya penuh air melimpah.

Dari video tersebut, kita bisa melihat ketika Mars di masa 4 milyar tahun lalu memiliki langit yang biru, danau, layaknya bumi. Namun seraya waktu berlalu danau pun menghilang, langit berubah menjadi merah.



Terjadi pembekuan suhu dan lapisan atmosfer yang menipis hingga keberadaan air ikut menghilang. Teori ini timbul dari hasil pengamatan peneliti NASA bahwa ada bekas-bekas erosi serta sisa-sisa kawah.

Tampaknya lapisan sedalam 1.640 kaki (0,5 kilometer) atau lebih mungkin telah menutupi Mars. Dampaknya atmosfer jadi hangat memiliki tekanan yang sama atau lebih besar daripada yang ditemukan pada permukaan bumi. Namun belum diketahui berapa lama keadaan Mars yang subur hingga akhirnya mengering.

Inilah videonya:

Ada dua hal menarik yang bisa saja muncul dari hasil pengamatan di Mars. Pertama, bagi peminat UFO bisa saja ini dikaitkan dengan berbagai legenda yang menyebutkan nenek moyang di Inca atau Mesir dulu memang didatangi mahluk-mahluk asing yang ikut membangun bumi.

Kedua, proses evolusi di Mars yang mengubah planet subur menjadi begitu tandus merupakan tanda, bumi kita pun bisa saja bernasib sama di tahun-tahun mendatang bila manusia terus merusak tanpa melakukan aksi nyata revitalisasi.












Senin, 18 November 2013

Siput Laut Saling Menusuk Kepala Pasangan Saat Kawin

Sepasang kekasih itu, dengan penuh kelembutan, saling berpelukan. Tak lama kemudian, mereka mulai bersetubuh. Beberapa detik berselang, mereka pun saling menusuk kepala pasangannya.

Tenang, ini cuma siput laut. Mereka hanya satu dari banyak satwa yang menginjeksikan zat kimia ke tubuh pasangannya saat sedang kawin. Tetapi, hanya mereka yang secara konsisten membidik bagian kepala.


Belum jelas betul mengapa siput laut saling tusuk bagian kepala, bisa jadi ini semacam cara mengendalikan pikiran. Dengan menginjeksikan zat kimia ke otak pasangannya, masing-masing siput laut jadi mampu mengubah perilaku lawannya demi keuntungan pribadi.

Ada ratusan spesies siput laut, tetapi para penusuk kepala berasal dari genus Siphopteron. Spesies dari genus ini belum dideskripsikan secara formal dan hingga kini masih disebut 'Siphopteron spesies 1'. Panjang mereka hanya 2-4 milimeter, dan hidup di dasar pasir perairan dangkal.

Seperti kebanyakan siput laut, semua Siphopteron bersifat hermafrodit, artinya masing-masing individu memiliki organ seksual jantan dan betina.

Pada Siphopteron quadrispinosum, kerabat terdekat Siphopteron spesies 1, proses injeksi saat kopulasi bersifat menguntungkan bagi sang penerima karena cairan yang disuntikkan bisa mengandung nutrisi. (National Geographic Indonesia)


Sumber :
kompas

Hewan Tertua di Dunia Terbunuh di Tangan Ilmuwan

Hewan tertua di dunia terbunuh di tangan ilmuwan Bangor University di Inggris yang tengah melakukan riset pada tahun 2006.

Ceritanya, pada tahun 2006, satu individu quahog laut (Arctica islandica) atau sejenis kerang laut terdampar di pantai wilayah Eslandia. Ilmuwan kemudian mengambil, membuka cangkangnya, dan memulai menganalisis. Dengan demikian secara otomatis hewan itu terbunuh.


Tak ada yang istimewa pada awalnya. Namun, setelah melakukan analisis, barulah ilmuwan terkejut mengetahui usia quahog itu.

Berdasarkan analisis awal saat itu, ilmuwan memperkirakan, quahog itu sudah berumur 400 ketika ditangkap. Quahog itu masuk Guiness Book of Record sebagai hewan tertua di dunia dan dinamai Ming, sesuai dinasti di China yang tengah berkuasa saat individu tersebut lahir.

Setelah analisis ulang yang dilakukan baru-baru ini, ilmuwan mengetahui bahwa hewan itu sudah berusia 507 tahun saat ditangkap, sekitar 100 tahun lebih tua dari yang diperkirakan.

Entah apakah harus sedih mengetahui hewan tertua di dunia itu ternyata mati terbunuh. Namun, Paul Butler, salah satu ilmuwan yang terlibat proses analisis baru-baru ini, mengatakan bahwa saat riset ada 200 individu yang ditangkap. Tiap tahun, banyak juga quahog yang ditangkap.

"Jadi, sangat mungkin nelayan menangkap quahog yang sama tua atau lebih tua dari yang kita tangkap," katanya seperti dikutip Huffington Post.

Ilmuwan sendiri menangkap quahog tertua itu untuk meneliti dampak perubahan lingkungan, seperti salinitas, ketersediaan makanan, suhu air laut, dan perubahan iklim pada kehidupan biota-biota laut.

Ilmuwan menentukan umur quahog berdasarkan pola lingkaran pada cangkang yang sering disebut lingkaran pertumbuhan, sama seperti yang terdapat pada pohon.

Pola lingkaran terbentuk karena perbedaan pertumbuhan cangkang saat musim panas dan dingin. Saat musim panas, makanan banyak tersedia sehingga cangkang tumbuh cepat sementara pada musim dingin sebaliknya.

Dengan umur 507 tahun, berarti quahog ini lahir pada tahun 1499, sebelum Colombus menemukan Amerika dan sebelum Belanda datang ke Indonesia.


Sumber :
kompas

Inilah Alasannya Mengapa Bayi Jadi Tenang Saat Digendong

Para ibu yang memiliki bayi pasti menyadari hal ini, bahwa bayi yang rewel bisa tenang dan kembali tertidur jika didekap dan digendong. Banyak yang bilang itu karena ikatan batin.

Namun sebenarnya, ada pula alasan logis di baliknya. Sebuah penelitian terbaru membuktikan bayi menjadi tenang saat didekap berkat reaksi otak, otot, dan jantung bayi.


Dr Kumi O Kuroda, seorang neurobiologis di Riken Brain Science Institute di Jepang sekaligus kepala tim penelitian ini, menggunakan pengukuran dengan elektrokardiogram. Alat ini untuk memantau detak jantung bayi dan tikus, sesaat setelah mereka diangkat dan didekap.

Ternyata, detak jantung yang mulanya cepat, dapat melambat dalam sesaat. Demikian dilansir Mirror.

"Ini adalah hal yang nyaris mustahil bagi orang dewasa. Menurut saya ini kondisi fisiologis yang hanya terjadi pada bayi," ungkap Dr Kuroda. Penelitiannya ini dipublikasi dalam jurnal Current Biology.

Dr Kuroda melihat detak jantung tikus yang ia uji dapat melemah dalam satu detik setelah diangkat dan didekap di tangan. Sementara itu, bayi manusia membutuhkan waktu sekitar 3 detik.

Dr Kuroda dan timnya juga menemukan respons bayi berusia di bawah tiga bulan lebih cepat daripada yang lebih tua.

Selain itu, baik bayi maupun tikus, dapat seketika berhenti bergerak saat mereka diangkat dan digendong. Bahkan, tikus pun berhenti mengeluarkan jeritan ultrasoniknya.

"Kami melakukan tindakan yang sama dengan nenek atau ayah si bayi, dan ternyata hasilnya sama. Bukan hanya ibu yang bisa menenangkan bayi," pungkas Dr Kuroda.


Sumber :
detik

Sabtu, 16 November 2013

Waspada, Penelitian Mengungkap Air Laut Bertambah Asam Dengan Cepat

Lautan di Bumi sudah bertambah asam 26 persen sejak awal revolusi industri pada awal abad ke-20. Tingkat keasaman ini masih terus bertambah ke tingkat yang disebut belum pernah terjadi sebelumnya. Perubahan ekstrem iklim dan kerusakan ekosistem laut pun mengancam.

Para peneliti mendapatkan emisi karbon dioksida dari aktivitas manusia merupakan penyebab lonjakan keasaman laut itu. Aktivitas manusia tersebut mencakup penggunaan bahan bakar berbasis fosil, alias bahan bakar minyak.


Laju pertambahan keasaman laut, menurut para peneliti ini, jauh lebih cepat dibandingkan pada 300 juta tahun lampau. Mereka pun memperkirakan pada 2100, keasaman air laut akan meningkat 170 persen dibandingkan dengan masa sebelum revolusi industri.

Laporan ini merupakan hasil dari simposium tentang samudera yang digelar pada September 2012. Simposium itu diikuti 540 pakar dari 37 negara, membahas beragam penelitian soal keasaman air laut. Penelitian yang lebih baru juga sudah dikembangkan sesudah simposium itu.

Kecuali bila emisi karbon dioksida berkurang, ekosistem laut dipastikan akan semakin hancur dengan disertai perubahan iklim yang memburuk dari waktu ke waktu.

"Satu-satunya pilihan mitigasi yang dikenal dan realistis pada skala global adalah membatasi tingkat CO2 di atmosfer," ujar para peneliti dalam simposium itu.

Lautan secara natural berperan sebagai "sinkhole" yang menyerap seperempat emisi karbon dioksida. Seiring peningkatan keasaman air laut, kapasitasnya untuk menyerap CO2 dari atmosfer juga menurun. "Ini mengurangi peran laut dalam perubahan iklim moderat," tulis para peneliti.

Ekosistem laut dipastikan juga bakal terdampak oleh peningkatan kadar asam air laut ini. Buktinya adalah kepunahan beberapa organisme dan berkembang pesatnya beberapa organisme lain seperti rumput laut.

Para peneliti pun menambahkan bahwa keasaman laut lebih cepat meningkat di daerah kutub utara. Hal ini karena air dingin diketahui lebih banyak mengandung CO2. Pencairan es di lautan dari kawasan ini juga menjadi masalah tambahan.

"Dalam beberapa dekade ke depan, sebagian besar lautan kutub akan menjadi korosif terhadap organisme laut yang tak terlindungi lapisan berkapur," tulis para peneliti dalam laporan itu. Sementara itu, di daerah tropis, peningkatan keasaman laut ini akan menghambat pertumbuhan terumbu karang.

Simposium pada 2012 tersebut digelar atas kerja sama Komite Ilmiah tentang Penelitian Kelautan, Komisi Oseanografi Antarpemerintah UNESCO, dan Program Geosfer-Biosfer Internasional.


Sumber :
kompas

Senin, 11 November 2013

Ternyata Semut Juga Bisa Tentukan Skala Prioritas Tanpa Adanya Intervensi

Saat dihadapkan pada beberapa pilihan, manusia biasanya menentukan skala prioritas sebelum mengambil keputusan. Penentukan skala prioritas ini, ternyata juga dilakukan oleh semut. Para peneliti di Arizona State University menemukan semut bisa melakukan strategi membuat keputusan berdasarkan pengalaman mereka.


Peneliti Taka Sasaki dan Stephen Pratt mempelajari perilaku semut selama beberapa tahun. Sasaki menerapkan teori dan eksperimen psikologi -yang sebenarnya didesain untuk manusia- pada semut. Target mereka adalah mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan dilakukan oleh semut.

"Manusia bisa membuat keputusan. Semut ternyata juga bisa, tapi mereka melakukannya secara kolektif," kata Sasaki. Hasil penellitian mereka dipublikasikan dalam jurnal Biology Letters.

Dalam studinya, Sasaki dan Pratt meletakkan koloni semut temnothorax rugatulus pada dua sarang dengan kondisi berbeda. Pada sarang pertama, pintu masuknya punya beberapa ukuran sementara yang lain pencahayaannya  dimanipulasi. Para semut itu memilih pintu masuk berukuran kecil dan pencahayaan redup.

Dalam kondisi itulah para semut menentukan prioritasnya. Ini dilakukan karena mereka punya pilihan dalam sarang dengan bagian yang gelap dan terang serta pintu masuk yang besar dan kecil.

"Mirip ketika manusia akan membeli rumah, ada banyak pilihan untuk dipertimbangkan mulai dari ukuran, jumlah kamar, lingkungan, harga dan sebagainya," kata Pratt.

Karena mustahil menemukan habitat yang sempurna, semut membuat pertimbangan berdasarkan kualitas tertentu dalam sarang. Namun saat hanya diberi dua pilihan sarang, semut menunjukkan kecerdasannya dalam memilih dengan membuat prioritas.

Semut yang memilih sarang dengan cahaya terang tidak mempedulikan ukuran pintunya. Sementara semut yang memilih pintu masuk kecil cenderung menyukai tempat remang-remang.

"Ada ratusan semut di sana, dan entah bagaimana mereka bisa mencapai konsensus. Bagaimana mereka melakukannya tanpa ada pemimpin yang memberi perintah," kata Pratt.

Dalam hal ini Pratt menganalogikan individu semut seperti neuron dalam otak manusia. Neuron berperan penting dalam pengambilan keputusan tapi tak ada yang tahu bagaimana setiap neuron mempengaruhi keputusan.

Sasaki dan Pratt berharap bisa mengungkap peran semut secara individu dalam mempengaruhi koloni.

"Penelitian ini membantu kami paham bagaimana keputusan kolektif bekerja dan sangat berbeda dengan pengambilan keputusan individual. Manusia bisa membuat keputusan kolektif, semut pun bisa," kata Pratt.


Sumber :
tempo

Selasa, 05 November 2013

Misteri Penyebab Air Panas Lebih Cepat Membeku Terungkap?

Sebagian besar orang sudah mengetahui bahwa air panas lebih cepat membeku ketimbang air dingin. Namun bagaimana fenomena ini terjadi telah menjadi misteri selama bertahun-tahun.

Dikenal sebagai efek Mpemba, air berperilaku tak seperti kebanyakan cairan lain dengan membeku lebih cepat dan padat dari keadaan panas dibandingkan suhu kamar. Para ilmuwan telah mengajukan puluhan teori mengapa hal ini mungkin terjadi. Tetapi, tidak ada yang mampu memberikan penjelasan memuaskan.


Kini, sekelompok fisikawan dari Nanyang Technological University, Singapura, percaya bahwa mereka  mungkin telah memecahkan misteri tersebut. Para ilmuwan ini mengklaim bahwa penjelasan terletak pada interaksi tak biasa antara molekul-molekul air.

Setiap molekul air terikat dengan molekul air lainnya melalui ikatan elektromagnetik yang dikenal sebagai ikatan hidrogen.

Seperti diketahui ikatan hidrogen mempengaruhi titik didih suatu senyawa. Pada air, terjadi dua ikatan hidrogen di setiap molekulnya sehingga titik didih air lebih tinggi ketimbang asam florida.

Dr Sun Changqing dan Dr Xi Zhang dari Nanyang Technological University berpendapat bahwa hal ini juga menentukan bagaimana molekul air menyimpan dan melepaskan energi.

Mereka menilai, tingkat di mana energi dilepaskan bervariasi dengan keadaan awal air dan air panas dapat melepaskan energi lebih cepat ketika ditaruh dalam lemari pendingin.

"Proses dan laju pelepasan energi dari air bervariasi intrinsik dengan keadaan energi awal dari sumber," ujar Dr Changqing seperti dilansir laman Telegraph.

Pekan lalu, Dr Changqing dan Dr Zhang menerbitkan sebuah makalah di jurnal Scientific Reports yang menunjukkan bagaimana molekul air mengatur diri mereka sendiri ketika membentuk es. Keduanya juga menerbitkan sebuah makalah tentang arXiv Chemical Physics yang menjelaskan efek Mpemba .

Mereka mengatakan bahwa interaksi antara ikatan hidrogen dan ikatan kuat yang memegang atom hidrogen serta oksigen dalam masing-masing molekul bersama -dikenal sebagai ikatan kovalen- adalah yang menyebabkan efek Mpemba.

Biasanya ketika cairan dipanaskan, ikatan kovalen antara atom meregang dan menyimpan energi. Namun kedua ilmuwan ini berpandapat bahwa pada air, ikatan hidrogen menghasilkan efek tak biasa yang menyebabkan ikatan kovalen memendek dan menyimpan energi saat dipanaskan.

Hal ini, ujar mereka, mengarah kepada bahwa ikatan melepaskan energi dengan cara yang eksponensial dibanding jumlah awal yang tersimpan ketika didinginkan dalam lemari pendingin. Dengan demikian, air panas akan kehilangan energi lebih cepat ketimbang air dingin.

"Saat didinginkan di lemari pendingin, ikatan H-O melepaskan energi pada tingkat yang eksponensial tergantung pada energi awal yang disimpan dan karena itu efek Mpemba terjadi," kata Dr Changqing.


Sumber :
viva.co.id

Senin, 04 November 2013

Anak Laki-laki lebih Pintar Matematika Karena Tidak Takut Salah

Tinggi rendahnya kemampuan akademis anak bisa dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah didikan orangtua yang membentuk karakteristik anak itu sendiri.

Karena anak laki-laki seringkali dididik secara tegas, tak heran jika mereka dikenal lebih mampu menyelesaikan soal matematika dibandingkan dengan anak perempuan.


Apa kaitannya? Studi yang dilakukan University of Missouri, AS ini mengemukakan bahwa di sekolah, anak perempuan dan anak laki-laki menggunakan pendekatan yang berbeda untuk mengatasi masalah aritmetika.

Anak perempuan cenderung menyelesaikan masalah dengan pendekatan yang lambat namun akurat sebaliknya anak laki-laki mengatasinya dengan pendekatan yang lebih cepat namun rawan mengalami kesalahan.

Tentu saja pendekatan anak perempuan dalam hal ini memberinya keuntungan pada masa awal sekolah, namun pada akhir kelas 6, anak laki-laki terbukti bisa melampaui hasil belajar anak perempuan.

"Perbedaan akurasi aritmetika diantara anak laki-laki dan perempuan mungkin timbul dari adanya kemauan untuk mengambil risiko kesalahan dengan menjawab persoalan matematika hanya berdasarkan kemampuan daya ingatnya," kata peneliti Drew Bailey seperti dilansir dari medindia.


"Dalam studi ini, kami menemukan bahwa dibanding anak perempuan, anak laki-laki lebih suka langsung mengungkapkan jawabannya sesaat setelah diberi persoalan, meskipun mungkin kurang akurat. Namun dari waktu ke waktu, praktik mengingat jawaban ini bisa mendorong anak laki-laki jauh melampaui anak perempuan dalam hal akurasi jawaban," tambah Bailey.

Peneliti mendapatkan kesimpulan ini setelah mengamati sekitar 300 anak-anak sejak kelas 1 hingga menginjak kelas 6 sekolah dasar.

Saat berada di kelas 1 dan 2, kecenderungan anak laki-laki untuk memberikan jawaban secara cepat menunjukkan bahwa secara total anak laki-laki lebih banyak memberikan jawaban ketika diberi persoalan aritmetika namun jawaban yang salah juga lebih banyak.

Di sisi lain, anak perempuan lebih banyak memberikan jawaban yang benar namun cenderung merespon persoalan secara lebih lambat dan soal yang bisa dijawab pun lebih sedikit.

Meski begitu, saat menginjak kelas 6, anak laki-laki jauh lebih banyak memberikan jawaban dengan tingkat kesalahan yang lebih sedikit.

"Mengembangkan kemampuan matematika itu bisa dibagi ke dalam dua cara yaitu 'practice makes perfect' dan 'perfect makes practice'."

"Artinya mencoba menjawab lebih banyak pertanyaan dengan menggunakan daya ingat mendorong pengambil risiko untuk lebih banyak berlatih sehingga lama-kelamaan akurasi jawabannya akan membaik."

"Begitu pula dengan anak-anak yang sudah punya keterampilan dalam strategi tertentu akan terdorong untuk lebih banyak menggunakan strateginya itu sehingga butuh lebih banyak praktik," terang Bailey.

Studi ini telah dipublikasikan dalam Journal of Experimental Child Psychology.


Sumber :
detik.com