Tampilkan postingan dengan label inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label inspirasi. Tampilkan semua postingan

Senin, 30 Desember 2013

Tahun Baru Tanpa Kembang Api di China

Perayaan tahun baru identik dengan pesta kembang api seluas dunia. Dampaknya, polusi udara meningkat drastis setiap kita memasuki awal tahun. Menyadari hal ini, beberapa kota di China mengumumkan tak akan ada kembang api 31 Desember malam nanti.

Foto: swide.com


Dikutip dari xinhua, ecns.cn, Kota Wuhan menegaskan pembatalan pesta kembang api mengingat polusi udara di kota tersebut semakin parah dalam sebulan terakhir. Sementara Beijing masih melihat perkembangan. Bila memungkinkan, bahkan pertunjukan kembang api bisa dihapus saat masyarakat China merayakan imlek 31 Januari mendatang.

Masyarakat menyambut baik kebijakan ini, walau terjadi dilema. Sudah menjadi tradisi selalu menyalakan kembang api saat tahun baru China, ini merupakan simbol mengusir roh-roh jahat dan menghindar kesialan di tahun berikut.

Kembang api mengandung berbagai polutan logam, selain belerang. Misalnya barium digunakan untuk menghasilkan warna hijau, dioxin penghasil warna biru, serta berbagai komponen seperti kadmium, lithium, rubidin, timbal, dan lainnya.

Berbagai logam berat dalam kembang api disinyalir meningkatkan resiko penyakit. Dioxin misalnya, jadi pencetus kanker.

Menurut The Ecologist, saat perayaan memasuki babak baru milenium tahun 2000 silam terjadi pencemaran terparah seluas dunia. Karena pesta kembang api dirayakan di semua negara, maka atmosfir bumi penuh senyawa sulfur karsinogenik dan arsenik.

Sebenarnya ada teknologi kembang api baru yang dipelopori Walt Disney Company menggunakan bahan lebih ramah lingkungan. Tapi prakteknya tak semudah harapan. Perkara paten memunculkan debat baru soal monopoli produksi. Harganya pun relatif masih mahal.

Untuk produsen kembang api rumahan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tampaknya masih tetap dalam lingkaran setan yang sama.

Masyarakat luas menginginkan keceriaan saat pergantian tahun, jalan termurah menggunakan kembang api. Produsen diuntungkan, masyarakat juga bahagia. Perkara lingkungan masih di nomor buncit.

Pilihan lain yang sebenarnya bisa dikembangkan adalah penggunaan laser. Teknologi ini relatif jauh lebih aman dari polusi udara. Kita masih bisa tertawa bahagia melihat langit malam penuh warna saat jam jatuh di angka 0:00:00 tanpa kuatir oleh polusi serta resiko penyakit di kemudian hari.


Sumber:
ecns.cn
environment

Minggu, 29 Desember 2013

Bayi Indonesia dengan A+ Para Bombay, Paling Langka di Dunia

Pernah dengar golongan darah  A+ Para Bombay? Inilah tipe yang paling susah dicari karena kemungkinannya 4:1 juta orang di dunia. Maka ketika seseorang dengan Para Bombay membutuhan transfusi, perlu perjuangan panjang agar nyawanya selamat. Misalnya pada kasus bayi bernama Maryam di Jakarta berikut ini.


Maryam terlahir 15 Desember 2013 di Rumah Sakit Hermina Jatinegara, Jakarta Timur. Saat masih dalam kandungan, Maryam positif suspect anemia hidrofetuli sehingga harus dilahirkan sebelum waktunya. Saat itu Maryam masih berumur 32 minggu dalam kandungan. Karena takut mengalami hal yang sama dengan kakak-kakaknya, akhirnya Rini disarankan untuk segera menjalani operasi Caesar.

 


Sebab, kakak kedua Maryam meninggal karena penyakit darah tersebut. Setelah dilahirkan, sang kakak ternyata mengalami anemia dengan kandungan hemoglobin yang sangat rendah, yaitu 3,5. Hal serupa dialami anak keempat Rini yang didiagnosis menderita anemia hidradenitis sehingga terpaksa digugurkan saat masih di dalam kandungan.

"Anak kedua dan keempat saya meninggal karena anemia. Anak ketiga saya juga meninggal. Dokter memperkirakan karena saya kelelahan," ujar Rini. Namun setelah pemeriksaan anak kelimanya itu, dia curiga anak ketiganya juga meninggal karena penyakit darah tersebut.

Sebelumnya, Rini divonis mengalami hiperagregasi trombosit. Trombositnya cenderung mudah melakukan agregasi sehingga darahnya menjadi kental. Mengetahui hal itu, akhirnya Rini mengonsumsi pengencer darah agar asupan makanan kepada sang anak lancar. "Saya pikir masalah selesai di situ. Tapi, ternyata ada masalah lain," ungkapnya.

Permasalahan sesungguhnya justru muncul saat Rini akan dioperasi dalam proses persalinan Maryam. Karena takut terjadi pendarahan, pihak rumah sakit mengantisipasi dengan menyiapkan cadangan darah. Darah Rini pun diambil untuk dites di Palang Merah Indonesia (PMI), kemudian dicarikan darah yang cocok dengan miliknya.

Dari situlah diketahui bahwa Rini memiliki golongan darah langka. Yakni, A dengan rhesus positif. Sudah puluhan kantong darah dicocokkan dengan milik Rini, namun tidak ada satu pun yang cocok. PMI pun curiga. PMI pusat langsung melakukan berbagai tes pada darah Rini.

Mengetahui hal itu, dokter akhirnya meminta Rini langsung menjalani tes direct comb. Tujuannya, mengetahui apakah antibodi sang ibu masuk ke dalam tubuh si anak. Hasilnya positif. "Saat itulah diketahui saya memiliki darah A+ Para-Bombay dengan antibodi yang sudah terbentuk. Itulah yang mengakibatkan anak saya terkena anemia," tuturnya.

Mengetahui hal itu, kontan suami Rini, Taufiq Wirahman, 42, shock. Selain minimnya informasi mengenai golongan darah tersebut, dokter menginformasikan bahwa golongan darah tersebut langka. Tapi, hal itu tidak terlalu menjadi masalah. Ternyata, proses operasi Rini lancar dan pendarahan berhasil dicegah. Kelegaan seketika menghampiri pasangan tersebut.

Namun, kelegaan itu terasa hanya seperti fatamorgana. Masalah justru muncul pada si bayi. Maryam yang lahir dengan berat 2.070 gram dan panjang 42 cm itu memiliki HB rendah serta bilirubin yang sangat tinggi. Kondisi tersebut membuat tubuh Maryam kecil menguning.

Darah bayi perempuan itu langsung dites. Lagi-lagi keberuntungan tidak berpihak pada Rini dan keluarganya. Persediaan darah di PMI yang sesuai dengan golongan darah Maryam ternyata sedang kosong.

Rini dan suami langsung mengontak semua kenalannya untuk meminta bantuan. Banyak donor yang datang untuk mendonorkan darah mereka. Sayangnya, tidak ada satu pun yang darahnya sesuai. Maryam memiliki golongan darah A+, sama dengan sang ibu.

Hal itu kontan memunculkan dugaan bahwa Maryam juga memiliki golongan darah Para-Bombay. Akhirnya, Maryam diperiksa lebih detail. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan sang ibu.

Mendengar hal itu, Rini langsung bersedih. Dia dan suami yang sejak awal tahu golongan darah itu langka hanya bisa pasrah. Namun, bantuan dari berbagai pihak membuat pasangan itu bangkit. Rini dan Taufiq langsung membuat poster dan pengumuman melalui media sosial untuk mencari orang dengan golongan darah yang sama.


Singapura tak mau menolong.
PMI memberi data bahwa hanya ada satu orang Indonesia yang memiliki golongan darah tersebut. Celakanya, orang tersebut ada di Eropa dan tak bisa dihubungi. Pencarian pun terus berlanjut. Akhirnya, dia memperoleh informasi bahwa ada salah seorang warga Singapura yang memiliki golongan darah yang sama dengan dirinya dan putri kecilnya itu.

Ironis, Pemerintah Singapura tidak memberikan izin. Sebab, golongan darah itu langka. Mereka berdalih akan digunakan untuk dalam negeri sendiri.

Alternatif lain muncul dari PMI. reka menuturkan, menurut literatur, sangat mungkin si anak bisa ditransfusi dengan golongan darah O Bombay. Tapi, saat dicoba, hasilnya gagal. Darah kembali tidak cocok.

 


Keadaan itu kontan memaksa semua kepala kembali berpikir untuk mencari jalan keluar. Hingga akhirnya, PMI menyarankan untuk mencoba dari keluarga terdekat. Rini mengaku sangat ingin mendonorkan darahnya. Tapi, dokter melarang. Sebab, setelah menjalani operasi Caesar, darah Rini masih rendah.

Sampai akhirnya Rini teringat pada adiknya yang tinggal di desa. Singkat cerita, si adik pun dipanggil ke Jakarta. Darah sang adik ternyata cocok dengan darah anak perempuan Rini. Kejadian itu sangat mencengangkan. Sebab, golongan darah sang adik bukan A+ Para-Bombay, tapi bisa cocok dengan darah Maryam. "PMI juga sangat kaget. Padahal A+, bukan Para-Bombay. Hingga kini belum ada penjelasan detail. Hanya dugaan kedekatan kekerabatan sehingga darahnya cocok," katanya.

Transfer exchange langsung dilakukan dokter. Dengan sangat hati-hati tukar darah itu dilaksanakan pada hari kelima setelah kelahiran Maryam. Menurut Rini, proses tukar darah itu dilakukan secara bertahap. Dokter masih mengantisipasi adanya penolakan yang mungkin muncul saat darah sang paman masuk ke dalam tubuh Maryam. "Alhamdulillah, bilirubinnya turun dan tidak ada penolakan," ungkapnya bahagia.




Para Bombay dari India
Golongan darah ini sebenarnya paling banyak ditemukan di India. Nama Bombay diambil dari peristiwa pertama ditemukannya golongan darah ini. Selain di India, golongan darah tersebut cukup banyak ditemukan di daratan Eropa.

Untuk Indonesia, hingga saat ini tercatat hanya tiga orang yang memiliki golongan darah tersebut. Seorang tengah berada di Eropa serta dua lainnya adalah Rini dan putri mungilnya.

Menurut Wakil Direktur Pelayanan Transfusi Darah PMI Pusat Ria Syafitri,   golongan darah itu sebenarnya cukup banyak di Indonesia. Hanya, hingga kini belum terdeteksi. Bisa jadi mereka belum pernah menjalani tes dan belum memerlukan transfusi darah.

Golongan darah ini berbeda dengan golongan darah umumnya. Jika biasanya antigen yang ditemukan dalam golongan darah normal adalah H besar, pada golongan darah Para-Bombay, antigennya berupa h kecil sehingga tidak bisa dikasih yang biasa.










 






Apakah Menjadi Kaya Bisa Membuat Diri Anda Bahagia?

Setiap orang ingin menjadi kaya, tapi apakah menjadi kaya dapat membuat kita bahagia? Orang-orang kaya berikut ini menceritakan pengalaman mereka apakah uang memang dapat membuat mereka bahagia atau tidak.

Kekayaan dan kebahagiaan tidak sesederhana yang kita bayangkan. Ada sebuah contoh nyata yang terkait hal ini, yakni kepada Evan Spiegel, CEO muda Snapchat. Snapchat sendiri adalah sebuah aplikasi yang memperbolehkan Anda memfoto apapun kemudian mengirimkannya ke teman-teman Anda hanya untuk dilihat sekilas saja.


Spiegel mendapatkan tawaran dari Facebook untuk akuisisi Snapchat senilai 3 miliar US Dollar atau setara dengan 36,7 Triliun Rupiah dan ia menolak tawaran itu.

Orang-orang yang mengetahui hal ini mengatakan bahwa Spiegel gila. Namun jika kita melihat latar belakang Spiegel, banyak orang dari industri teknologi mengerti akan situasinya dan menghargai keputusan Spiegel itu.

Spiegel sendiri datang dari keluarga yang kaya. Ayahnya tinggal di salah satu komplek paling mahal di Los Angeles dan Spiegel sendiri juga dapat menjual beberapa sahamnya di Snapchat untuk jutaan US Dollar.

Jadi kenyataannya, Spiegel bukan mengatakan 'tidak' kepada kekayaan namun ia memang sudah kaya 'dua kali'.

Lalu apa hasil dari kekayaannya itu? Hasilnya adalah ia memiliki kesempatan menjalankan perusahaan global dengan resiko kecil dan beban pikiran yang ringan. Dari sini kita mengetahui bahwa hubungan kekayaan dan kebahagiaan itu tidak semudah yang kita bayangkan.

Berikut ini adalah bagaimana para orang kaya mendeskripsikan hubungan tersebut. Semua sumber ini didapat dari pembicaraan mereka di Quora. Perlu diketahui semua gambar di bawah hanyalah gambar ilustrasi dan bukan foto dari orang terkait.

1. Uang tidak membuat Anda bahagia, hubungan sesamalah yang memberikannya


Lawrence Sinclair pernah bekerja menjadi ahli ekonomi selama beberapa tahun dan ia tumbuh besar di lingkungan para diplomat dengan kekayaan yang dapat dibilang melebihi banyak orang.

Sinclair mengatakan bahwa dirinya tidak percaya akan argumen hedonistik mengenai kekayaan. Ia mengatakan bahwa semaki banyak uang yang Anda miliki maka akan semakin banyak uang yang dibutuhkan agar Anda mencapai tingkat kekayaan tertentu.

Kekayaan datang dari relasi Anda dengan sesama dan kualitas hubungan tersebut. Ia meragukan bahwa para ahli ekonomi saja pasti kesulitan untuk menggambarkan secara tepat hubungan kekayaan dan kebahagiaan.


2. Sesudah Anda kaya, Anda akan menerimanya begitu saja, seperti Anda menerima orang tua Anda dari lahir


Webb mengatakan bahwa menjadi kaya terasa seperti keberuntungan Anda dalam hidup. Seakan-akan seperti seseorang mempunyai anak yang cantik dari kekasih yang mengagumkan atau orang tua yang luar biasa. Bagi dirinya, ia mengatakan bahwa sampai sekarang ia belum menemukan bagaimana kekayaan dapat membuat dirinya bahagia.


3. Mempunyai banyak uang membuat diri Anda menginginkan lebih

 

James Altucher mengatakan dirinya telah mengalami naik turun yang cukup ekstrim dalam 20 tahun belakangan dan ia mengenal beberapa kenalan akan orang-orang kaya yang mendeskripsikan diri mereka sebagai orang yang 'merasa aman dan tidak dapat disentuh'.

Salah satu orang yang mengatakan hal ini tiba-tiba terkena kanker dan setelah bertahun-tahun melawan kanker ia bunuh diri dengan menembak dirinya.

Altucher sendiri mendeskripsikan kekayaan sebagai perasaan kekurangan. Ia berpikir bahwa jika dirinya dapat menghasilkan 10 juta US Dollar atau sekitar 122 Miliar Rupiah dengan mudah maka orang lain mungkin sudah memiliki 11 Juta US Dollar atau sekitar 134 Miliar Rupiah. Dirinya merasa miskin lagi dan ia berpikir membutuhkan lebih banyak lagi untuk kaya.


4. Saat orang kaya mendekati ajalnya, mereka tidak bangga akan kekayaan mereka dan menyesali banyak hal


Mona Nomura terlahir dalam keluarga yang kaya dimana ia sendiri tidak menyadari kelebihannya itu hingga saat ia masuk ke dalam sekolah negeri dan menjadi lebih dewasa.

Saat ia masuk ke sekolah negeri, dirinya sangatlah berbeda dibandingkan teman-temannya yang lebih berkekurangan. Oleh karena itu ia berbohong agar dapat berbaur dengan teman-teman sekolahnya yang keluarganya tidak seberuntung dirinya.

Singkat cerita, orang tuanya bercerai dan ibunya yang mencapai kekayaan setelah sukses dari bawah menderita kanker stadium 4. Ibunya menghabiskan sisa-sisa waktunya menyesali berbagai keputusan yang telah ia ambil dan menyalahkan dirinya akan hal itu.

Dalam diari ibunya, ia menyebutkan bahwa betapa dirinya tidak bersyukur akan berbagia hal dan menyadari bahwa kebahagiaan tidak ada dalam kelebihan materi.


5. Menjadi kaya membuat diri Anda berpikir Anda lebih pintar dan lebih baik dibandingkan orang-orang lain di dunia, dan itu membuat diri Anda merasa baik


Seorang anonim di Quora mengatakan telah merasakan naik turun saat umurnya memasuki kepala 2 dan sebelum berkepala 3 telah menghasilkan 10 Juta US Dollar atau sekitar 122 Miliar Rupiah.

Pada awalnya ia merasakan kesenangan akan hal itu namun sekarang itu sudah menjadi biasa dan ia merasa yang membuat dirinya merasa kaya adalah anak-anaknya.

Selain itu, ia mengatakan keuntungan lainnya adalah merasa senang telah menghasilkan uang banyak dan melihat orang lain di dunia lebih rendah, Anda dapat keluar dari sistem yang sudah ada dan uanglah yang memberikan Anda hal itu.


6. Terkadang Anda berpikir bahwa Anda adalah Tuhan


Igor Atakhanov tumbuh besar dalam keluarga yang kaya sejak lama dan hidup dalam kehidupan dimana merendahkan orang lain adalah sebuah kebiasaan saat dirinya kecil. Saat masih kecil, ia mengatakan ke anak-anak lainnya bahwa dirinya memang Tuhan. Ini karena ia diperlakukan layaknya Tuhan dalam keluarganya.

Walaupun perasaan ini telah ditinggalkannya seiring ia bertumbuh dewasa, namun tidak bagi Ayahnya. Ayahnya akan memberitahukan dirinya bahwa mereka terlahir berdarah biru (bangsawan).

Namun Atakhanov sendiri melihat Ayahnya sebagai salah satu orang paling kasihan yang pernah dikenalnya karena ayahnya akan sering duduk di ruangannya dengan depresi konstan.


7. Menjadi kaya membuat resiko kehidupan berkurang


Josh Kerr pernah menjadi eksekutif 3 startup dan merupakan seorang investor. Ia mendeskripsikan kekayaan membuat resiko dalam kehidupan berkurang.

Jika ia sakit, ia akan pergi ke dokter terbaik. Jika ia ingin melakukan investasi properti, ia berani melakukan investasi karena kerugian tidak akan berpengaruh terhadap dirinya. Ia dapat mempunyai 5 anak dan ia tahu kelima-limanya akan masuk kuliah.

Dengan menjadi kaya, Kerr dapat berani dalam pekerjaannya dan mengambil keputusan atas berbagai keputusan yang tidak dapat diambil orang lain.

Itu juga berarti ia berani terhadap atasannya dan atasannya akan berpikir bahwa ia sebagai orang yang berharga. Ini semua karena ia memiliki uang sebagai tempat bersandar walaupun jika ia dipecat.


8. Sesudah Anda kaya, Anda akan merasakan perasaan yang sama dengan sebelumnya


Seorang anonim mendeskripsikan kekayaan adalah hal yang sederhana. Sesudah beberapa bulan akan kekayaan, Anda akan terbiasa akan hal itu dan menjadi orang yang sama dengan sebelumnya saat Anda belum kaya.


Sumber :
tahupedia

Kamis, 26 Desember 2013

7 Tokoh Terkenal ini Disleksia

Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar. Yang lazim yakni kesulitan  dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa.

Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal.

Meski begitu, tak berarti penderita disleksia akan mengalami kesulitan selamanya dalam hidup mereka. beberapa tokoh terkenal di dunia diketahui adalah seorang penderita disleksia. Namun mereka berhasil menunjukkan bahwa disleksia bukan halangan untuk menjadi sukses.



1. Leonardo da Vinci


Siapa yang tak kenal dengan Leonardo da Vinci, sang pencipta Mona Lisa dan pelukis The Last Supper. Hingga saat ini nama da Vinci masih sangat melegenda dan diperbincangkan oleh banyak orang. Pelukis terkenal ini ditengarai adalah seorang yang menderita disleksia. Hal ini diindikasikan oleh tulisan tangan Da Vinci.

Seringkali Da Vinci menulis kalimat secara terbalik sehingga hanya bisa dibaca lewat cermin. Ini adalah hal biasa bagi penderita disleksia yang kidal. Penulis disleksia seringkali tak sadar bahwa cara mereka menulis tak sama dengan orang kebanyakan. Meski begitu, desain yang dibuat Leonardo Da Vinci sangat mendetail dan rinci, sekaligus brilian.



2. Agatha Christie


Anda penggemar cerita-cerita detektif Hercule Poirot dan Miss Marple? Tentunya Anda sudah tak asing dengan sang pencerita ulung Agatha Christie. Hingga kini cerita-cerita misteri Agatha Christie telah terjual miliaran kopi. Agatha Christie juga diketahui menderita disleksia.

Namun hal ini tak menghentikannya untuk menjadi orang yang kreatif. Agatha pun tak lelah belajar untuk menulis dan membuat novel-novel misterinya yang hebat dan selalu bisa menyergap pembacanya. Hingga saat ini novel-novelnya telah menginspirasi banyak novelis serta pembuat film.



3. Muhammad Ali

Muhammad Ali, seorang petinju yang telah melegenda ternyata adalah penderita disleksia. Muhammad Ali sendiri mengaku bahwa ketika masih sekolah, guru-guru selalu mengatainya bodoh. Hal ini karena Muhammad Ali kecil tak bisa membaca buku pelajarannya.

Selain itu, Muhammad Ali juga tak diterima untuk bergabung dengan militer karena kemampuan bahasanya yang buruk. Meski begitu, ini tak membuat Muhammad Ali menyerah dengan dirinya. Terbukti kemudian dia menjadi salah satu petinju terhebat dan terpopuler di dunia. Muhammad Ali juga terkenal dengan frase legendarisnya: "Float like a butterfly and sting like a bee."



4. John Lennon
 
"You may say I'm a dreamer... but I'm not the only one." Anda tentu hafal dengan pelantun syair tersebut. Ya, dia adalah John Lennon, salah satu personil The Beatles yang melegenda. Dengan bakatnya yang hebat dalam menulis lirik dan lagu, tak banyak yang mengira bahwa Lennon adalah penderita disleksia.

Justru karena disleksia yang dideritanya, Lennon berhasil menggubah lirik dan lagu miliknya sendiri. Disleksia membuatnya sulit mengingat lirik lagu favoritnya, sehingga Lennon kemudian membuat lirik dan menggubah lagunya sendiri.


5. Steven Spielberg

Steven Spielberg, seorang sutradara dan pembuat film yang banyak melahirkan karya-karya hebat. Namun ternyata juga seorang penderita disleksia.

Spielberg menjelaskan mengenai perjuangannya melawan disleksia dan bagaimana masalah tersebut telah membuatnya semakin kuat dan bertekad untuk menjadi besar melalui karir perfilman. Spielberg juga tak membiarkan kekurangan tersebut mengganggu kehidupan profesionalnya.



6. Albert EInstein

Nama Albert Einstein saat ini seolah identik dengan kata 'jenius'. Namun siapa sangka, penemu teori relativitas ini ternyata juga seorang penderita disleksia. Meski begitu, faktanya menderita disleksia tak membuat Einstein menyerah.

Einstein diketahui menderita disleksia ketika dia sering gagal mengingat hal-hal sederhana. Einstein tak bisa mengingat jumlah bulan dalam setahun, namun dia bisa berhasil menyelesaikan formula matematika tersulit. Einstein juga diketahui tak bisa menalikan tali sepatunya dengan benar, namun kejeniusannya terbukti membuatnya bisa sukses dan melegenda hingga saat ini.



7. Henry Ford

Henry Ford adalah seorang enterpreneur yang menjadi penemu Ford Motor Company. Kebanyakan dari Anda mungkin hanya familiar dengan nama belakangnya yang kini digunakan sebagai merek mobil. Semasa kecilnya, Ford harus berjuang keras untuk bisa membaca dan menulis. Meski begitu, dia juga dikenal memiliki kemampuan untuk memperbaiki barang.

Meski Ford kecil susah membaca, namun dia menjadi yang tercepat ketika harus memperbaiki jam. Salah satu rahasia suksesnya adalah tak pernah berhenti belajar dan tak pernah menyerah. Filosofi Ford bahwa kegagalan adalah sebuah kesempatan untuk memulai lagi, kali ini lebih rajin dan lebih baik. Tak heran, dengan semangatnya itu, Ford menjadi seorang pengusaha yang sukses.








Sumber:
merdeka

Selasa, 24 Desember 2013

Mengenang Tsunami Aceh: Kisah Penjaga Kubur

Tragedi Tsunami Aceh menyisakan banyak kisah yang mengharukan, sekaligus jadi bahan renungan. Dan setiap bencana biasanya diikuti perjuangan penuh kesedihan untuk menata lagi kehidupan yang mendadak berada di titik nol.

Hebatnya, ada individu-individu yang meski didera kesusahan namun tetap melakukan sesuatu yang berguna bagi banyak orang. Bahkan bagi orang yang sudah mati. Sang pahlawan yang dimaksud adalah Abdul Madjid. Setiap malam Ia harus berebut tulang dengan anjing-anjing kelaparan, agar mayat korban tsunami bisa beristirahat dengan tenang.

Beginilah kisahnya, sebagaimana ditulis Maimun Saleh.

Foto ilustrasi


Ketika malam turun di pemakaman di Siroen, Lambaro, selalu terdengar lolongan anjing, seolah mereka tengah berdiskusi. Disertai angin malam yang dingin, dan sunyi yang mencekam, gambaran film horor itu seolah hadir di kawasan Aceh besar pasca-tsunami. Pada saat itulah, Abdul Madjid menyalakan senter, lalu mengarahkan cahaya ke kerumunan anjing itu. Ia terperangah. Anjing-anjing itu berkelahi memperebutkan tulang-belulang manusia!

Abdul menghardik. Mereka tak peduli. Setelah dilempari batu, barulah anjing-anjing itu kabur. Abdul memungut kembali tulang yang berserakan, lalu dikumpulkan dengan alas daun pisang. Pada malam yang sunyi itu ia menguburkan tulang-tulang tersebut. Sendirian. Tapi kawanan anjing tadi berhasil membawa kabur dua tulang kaki, dua tulang tangan, dan satu tengkorak kepala.

Peristiwa Sabtu malam itu, dua pekan setelah tsunami menggulung Banda Aceh, terjadi di kuburan massal korban tsunami yang terletak di Siroen, Lambaro, Aceh Besar. Lima puluh ribu orang dimakamkan di situ, tapi penjaganya cuma Abdul Madjid seorang diri. Pria berusia 48 tahun ini ikut membantu penguburan sejak awal. �Tiga jam sekali, ada jenazah masuk,� kata Abdul.

Sejak malam pertama, kawanan anjing sudah mengincar kuburan ini. Anjing-anjing itu asyik berebut daging, juga tulang-tulangnya. Abdul sedih. Ia lalu berinisiatif ronda malam seorang diri. Maklum, banyak orang yang ngeri dengan kuburan massal itu.
 
Tak cuma kuburan itu yang aman, warga pun merasa sentosa. Maklum, banyak orang yang ngeri dengan kuburan massal itu. Sang istri bahkan sempat menjauh. �Setiap pulang, baju dan badannya bau mayat,� Aisyiah mengisahkan kegiatan suaminya.Untung, Aisyiah kini tak takut lagi. Yang dia cemaskan cuma biaya hidup rumah tangga. Sebab, pekerjaan menjaga kuburan ini gratisan. Kalaupun ada yang membayar, sifatnya sukarela.
Foto ilustrasi
 
Abdul Madjid sempat berinisiatif menaruh dua celengan di sisi kiri-kanan makam. Maksudnya agar para pezirah menaruh duit di dalamnya. Duit itu kemudian dipakai Abdul Madjid untuk membeli karpet plastik, sapu, dan berbagai peralatan bersih-bersih lainnya. Sisa uang diserahkan ke Masjid Batul Izzati, yang berada di seberang jalan. Tapi Abdul justru dituduh makan uang kuburan itu. �Padahal, demi Tuhan, saya tidak melakukannya,� katanya sedih.

Karena asap dapur seret mengepul, ia akhirnya menjual sapinya yang laku Rp 2,4 juta. Sapi itu adalah upah atas pengembalaan hewan ternak salah seorang warga. Dan hanya itu harta Abdul Madjid satu-satunya. Uangnya sudah habis pula untuk berobat sang istri yang didera penyakit jantung.

Kisah sedih seakan terus menguntit Abdul Madjid. Rumah tinggalnya dihancurkan karena pemilik tanah tak lagi memberikan izin menetap di situ. Dalam keadaan mabuk si tuan tanah ini mengusir keluarga Abdul Madjid. Kini, bersama keluarga, Abdul menetap di bekas kandang sapinya dengan perbaikan seadanya.

Hidup susah itu tak membuatnya meninggalkan kuburan massal yang dia anggap sebagai kewajibannya sebagai warga. Jiwa-jiwa di situ seakan terus memanggilnya. Hingga kini ritual ini sudah bagian dari napasnya: mengitari kuburan, mengusir anjing yang berebut daging manusia, lalu menguburkan tulang-tulang yang berserakan. Sendirian. Di kegelapan malam. �Saya ingin mencari pintu taubat di sini,� katanya sembari menerawang.

Kini kuburan yang dulu gersang itu tampak hijau. Abdul Madjid menanaminya dengan kembang sepatu, serunai rambat, bunga raya, dan pohon pepaya. Saban malam ia berada di situ. Sempat sepekan ia absen. Tapi itu karena ia diserang diare berat. Tapi selebihnya ia adalah penjaga yang setia.






-------------------
Catatan: Tulisan Maimun Saleh ini terpilih diantara empat terbaik dari 8 kisah, yang dimuat iloveaceh  dalam rangka memperingati acara #8thnTsunami (8 Tahun Tsunami) tahun 2011


Sumber foto:
lensaindonesia.com
photobucket

Minggu, 22 Desember 2013

Ibu Bangsa yang Tak Mau Dimadu

Seorang ibu, selain berperan penting membesarkan dan merawat penuh kasih sayang anak-anaknya, juga pasangan sepadan imam rumah tangga. Dan Bapak Bangsa, Soekarno memperolehnya dari Ibu Inggit. Dialah kekasih, ibu, dan juga teman yang mengantar Bung Karno ke gerbang kemerdekaan Bangsa ini.

Dikutip dari buku Kuantar ke Gerbang,  Ramadhan K.H. sosok Ibu Inggit digambarkan sebagai teladan bagi perempuan, bagi ibu di negeri ini. Berikut sekelumit kisahnya.

 


Soekarno muda datang dari Surabaya setelah lulus Hoogere Burger School di akhir Juni 1921. Ia mempunyai mimpi besar untuk menjadi insinyur di bidang teknik sipil, Technische Hoogeschool te Bandoeng kemudian dipilih sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikannya.

Tjokroaminoto sekaligus mertuanya membantu mencarikan tempat tinggal di Bandung, dan rumah Haji Sanusi kemudian menjadi tempat tinggalnya saat itu. Haji Sanusi adalah salah satu anggota Sarekat Islam, sedangkan Inggit Garnasih adalah istri dari Haji Sanusi yang waktu itu menjadi ibu kos Soekarno.

Soekarno memang sudah mengagumi Inggit sejak pandangan pertama. Dia tidak pernah lupa saat Inggit menyambutnya di pintu rumah Jl. Ciateul, Bandung.

"Keberuntungan yang utama itu sedang berdiri di pintu masuk dalam suasana setengah gelap dibingkai lingkaran cahaya dari belakang. Dia memiliki tubuh yang kecil, dengan sekuntum bunga merah menyolok di sanggulnya dan sebuah senyuman yang mempesona. Dia adalah istri Haji Sanusi, Inggit Garnasih. Oh, luar biasa perempuan ini," kata Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams.

Gayung bersambut, rupanya Inggit pun terkesan dengan pertemuan pertama.
"Dia mengenakan peci beledu hitam kebanggaannya dan pakaian putih-putih. Cukupan tinggi badannya. Ganteng. Anak muda yang bersolek, perlente." kata Inggit dalam novel biografi Kuantar ke Gerbang yang ditulis Ramadhan KH.

Lalu singkat cerita,  Soekarno dan Inggit menjadi sahabat. Soekarno kerap menceritakan kehidupan pernikahannya bersama Oetari yang hambar kepada Inggit. Menurut Soekarno, sikap Oetari yang kekanak-kanakan tidak sesuai dengan visi dan mimpi besarnya. Masih kekanakan?, iyalah wong si Oetari saat itu masih berusia 16 tahun, menurutku sih wajar aja.

Dari Inggit, Soekarno juga tahu kalau pernikahan Inggit dan Haji Sanusi juga tidak berjalan harmonis. Kerap Haji sanusi meninggalkan Inggit untuk bermain bilyar dengan teman-temannya sampai larut malam. Dan dalam masa-masa itu, cinta mereka tumbuh subur.

"Hanya Inggit dan aku dalam rumah yang sepi. Dia kesepian, aku kesepian. Perkawinannya tidak betul. Dan perkawinanku tidak betul. Dan, sebagai dapat diduga. Hubungan ini berkembang," kata Soekarno dalam buku biografinya.

Soekarno pun mengutarakan maksudnya untuk menikahi Inggit kepada haji Sanusi. Ia meminta Haji Sanusi untuk segera menceraikan Inggit. Entah apa yang dirasakan Haji Sanusi saat mendengar keinginan Soekarno, tapi tidak lama setelah itu Haji Sanusi dan Inggit pun akhirnya resmi bercerai.

Tahun 1923 Inggit dan Soekarno resmi menikah, dan kini kita mengenal Soekarno sebagai orang besar, penyambung lidah rakyat, singa podium yang menyuarakan rakyat, dan bermacam-macam julukan kebanggan untuknya.

 


Keberhasilan Soekarno tidak terlepas dari jasa-jasa Inggit Garnasih, seseorang dibalik layar yang mendukung pergerakan Soekarno  secara non materi dan materi. Ia menyediakan rumahnya untuk Soekarno dan teman-temannya berkumpul, serta membiayai kegiatan politik Soekarno pada saat itu.

Ketika Soekarno menjalani hukuman penjara di Banceuy, dia menjadi tulang punggung keluarga dengan cara meracik jamu, bedak, menjahit kutang, menjadi agen sabun dan cangkul, serta membuat rokok berlabel 'Ratna Djuami' sambil tetap rutin mengunjungi Kusno (panggilan sayang untuk Soekarno) di penjara Banceuy sambil membawakan buku-buku. Dari dalam penjara itulah Soekarno kemudian lahir bersama pledoinya yang dikenal dengan nama Indonesia Menggugat.

Inggit mampu melakoni tiga peran, sebagai ibu, sahabat, dan kekasih Kusno. Ketika Soekarno harus diasingkan ke Pulau Endeh Flores dan Bengkulu. Inggit ada di sana. Menemani Kusno yang ia sayangi.

 Mungkin tanpa Inggit Garnasih, Soekarno sudah selesai di penjara dalam keadaan putus asa dan pemikiran-pemikiran besarnya tidak pernah kita dengar.

 

Fatmawati untuk keturunan
Tahun 1942, Saat itu usia Inggit 53 tahun, ia memutuskan jalannya sendiri. Dengan tegas ia menolak untuk dimadu saat Soekarno mengutarakan niatnya untuk mempersunting Fatimah, atau lebih dikenal Fatmawati. Fatmawati sudah Inggit anggap sebagai anak sendiri ketika mereka berada di pengasingan Bengkulu. Alasan Soekarno logis, ia menginginkan keturunan, sedangkan Inggit sudah tidak bisa memberikan keturunan padanya.Ia kemudian meminta diceraikan dan dipulangkan ke Bandung.

1 juni 1943 Soekarno menikahi Fatmawati. Dan saat Indonesia merdeka, Fatmawati adalah wanita ibu negara pertama yang banyak kita kenal dan tercatat di buku-buku sejarah.

Kabarnya, Inggit Garnasih setelah diceraikan masih menyimpang rasa sayang kepada Kusno. Hingga Soekarno tutup usia, ia masih datang melayat dan memberikan penghormatan terakhir kepada mantan suaminya itu.
"� Sesungguhnya aku harus senang karena dengan menempuh jalan yang tidak bertabur bunga, aku telah mengantarkan seseorang sampai di gerbang yang amat berharga. Ya, gerbang hari esok yang pasti akan lebih berarti, yang jauh lebih banyak diceritakan orang secara ramai." 
[Inggit Ganarsih, Kuantar ke Gerbang -  Ramadhan K.H.]

 
Inggit sendiri menghabiskan masa tuanya di Bandung hingga tutup usia pada 13 April 1984 di usia 96 tahun.








 










Kamis, 19 Desember 2013

Tobat Mencuri, Pemuda Ini Potong Tangannya di Rel Kereta Api

Seorang pemuda Mesir memotong tangannya sendiri demi mencegah dia mencuri. Dia mengatakan ini sesuai syariah Islam saat seseorang merampas barang milik orang lain tangan pelaku diamputasi.

Menurut situs masrawy, Ali Afifi telah memotong tangannya empat tahun lalu. Dia melakukannya dengan meletakkan di atas rel kereta tanpa bius sekalipun.


Dia sebelumnya memang berprofesi menjadi maling namun tidak pernah ketahuan. Dia ingin bertobat dan menurutnya satu-satunya cara dengan memotong kedua tangannya. Setelah melakukan itu, dia berjalan ke tengah kerumunan orang.

"Lihat, saya seorang pencuri, tapi Allah telah mengampuni saya," Afifi berteriak-teriak menunjukkan kedua tangannya setelah terpotong dengan darah tercecer kemana-mana. Warga terkejut dan menganggapnya sinting.

Afifi mulai mencuri sejak masih kecil. Dimulai dari mengambil alat tulis teman sekolahnya. Beranjak remaja dia mulai berani mengutil emas, uang, dan ponsel.

Sementara ayah Afifi seorang muadzin (pelantun azan) di masjid dan berulang kali mengingatkan dia agar tidak nyolong milik orang lain. Ini menyebabkan keduanya sering bertengkar.


Sebenarnya ayah Afifi pernah membawa dia ke para ulama dan syekh agar memotong tangannya. Namun mereka menolak lantaran otoritas Mesir tidak mensahkan hukuman itu. Mereka bisa melakukannya jika didukung undang-undang sah.

Afifi mengaku tidak merasakan sakit saat mengamputasi tangannya sendiri di atas rel kereta. "Dengan mengingat Allah dan keinginan kuat untuk tidak mencuri lagi, rasa sakit itu hilang," ujar dia.


Sumber :
merdeka

Selasa, 17 Desember 2013

Menolak Uang, Gelandangan ini Sukses Jadi Pembuat Aplikasi Smartphone

Hidup sebagai gelandangan yang tak punya tempat tinggal permanen biasanya hanya terpikir hal singkat, mendapat makan dan uang. Kondisi ini pasti dialami Leo Grand, seorang gelandangan di Amerika Serikat. Mendapat uang dengan cara mengemis menjadi hal wajar. Orang mungkin hanya memberi beberapa keping sen atau paling banter 5 Dolar.

 
Bila di suatu hari beruntung, Leo tiba-tiba ditawari uang 100 Dolar tentu seperti berkah dari surga. Setidaknya ia bisa makan lebih enak satu atau dua hari. Begitulah, suatu ketika seseorang tersebut, Patrick mcConlogue menawarkan bantuan padanya. Kebetulan Patrick sebagai programmer memberi pilihan pada Leo, 100 Dolar atau 3 buku Java-Script dan pelajaran koding sebanyak 16 sesi.

Pilihan yang berat ketika perut menuntut makan enak sementara otak berpikir masa depan. Dan otak Leo yang kali ini jadi pemenang, ia menolak 100 Dolar. Patrick pun memberinya 3 buku untuk dipelajari beserta janji pertemuan berikut untuk mulai belajar.

Sesuai janjinya, Patrick setiap hari datang menemui Leo untuk mengajarinya coding. Patrick sendiri adalah orang yang sangat percaya akan pepatah yang mengatakan 'Mengajari orang memancing akan lebih baik ketimbang memberinya ikan setiap hari'. Dia pun menerapkannya pada Leo yang memang menyambut antusias pancingan yang diarahkan padanya.




Akibat pilihan ini, hidup Leo mulai berubah secara bertahap. Pengangguran yang bangkrut sejak 2011 ini bisa memahami pelajaran yang diberikan Patrick, dan mulai membuat program. Satu aplikasi mobile yang kini sukses mengantarnya pada hidup berpenghasilan yang jauh lebih baik adalah Tree for Cars. Yakni aplikasi untuk iOS dan Android yang berguna untuk mengurangi penggunaan mobil di jalanan. Aplikasi ini menghubungkan antara orang yang ingin memberikan tumpangan dan orang yang ingin menumpang. Dengan begitu, jumlah mobil pun bisa berkurang dengan sendirinya.

Saat ini aplikasi Leo sudah dipajang baik di Apple Store dan juga Google Store. Diharapkan aplikasi Trees of Cars ini akan membantu kota di Amerika Serikat lebih hijau, segar dan alami. Sesegar Leo yang kembali menggapai sukses dalam hidupnya.






















Minggu, 15 Desember 2013

9 Langkah Mengembangkan Sikap Positif

Berpikir positif agar menjalani hari-hari dalam hidup lebih baik. Nasehat ini seringkali tak mudah pada prakteknya. Masalah yang muncul, hal-hal yang menyakiti hati dengan mudah memosisikan kita sebagai korban dari kejamnya hidup.

Hidup memang kejam, tapi toh kita tetap harus menjalaninya. Maka yang terbaik tentu jangan kalah terus-menerus. Dasar utama untuk kembali bangkit harus dimulai dalam otak kita, mengembangkan sikap berpikir positif.

 


Penulis Jessica Padykula membeberkan 9 langkah yang bisa kita coba untuk mengatasi pikiran negatif.



1. Hidup di saat ini
Memikirkan masa lalu atau masa depan adalah hal yang sering membuat kita cemas. Jarang sekali kita panik karena kejadian masa sekarang. Jika Anda menemukan pikiran anda terkukung dalam apa yang telah terjadi atau apa yang belum terjadi, ingatlah bahwa hanya masa kini yang dapat kita kontrol.


2. Katakan hal positif pada diri sendiri
Katakan pada diri Anda bahwa Anda kuat, Anda mampu. Ucapkan hal tersebut terus-menerus, kapanpun. Terutama, mulailah hari dengan mengatakan hal positif tentang diri sendiri dan hari itu, tidak peduli jika hari itu Anda harus mengambil keputusan sulit ataupun Anda tidak mempercayai apa yang telah Anda katakan pada diri sendiri.


3. Percaya pada kekuatan pikiran positif
Jika Anda berpikir positif, hal-hal positif akan datang dan kesulitan-kesulitan akan terasa lebih ringan. Sebaliknya, jika Anda berpikiran negatif, hal-hal negatif akan menimpa Anda. Hal ini adalah hukum universal, seperti layaknya hukum gravitasi atau pertukaran energi. Tidak akan mudah untuk mengubah pola pikir Anda, namun usahanya sebanding dengan hasil yang bisa Anda petik.


4. Jangan berdiam diri
Telusuri apa yang membuat Anda berpikiran negatif, perbaiki, dan kembali maju. Jika hal tersebut tidak bisa diperbaiki lagi, berhenti mengeluh dan menyesal karena hal itu hanya akan menghabiskan waktu dan energi Anda, juga membuat Anda merasa tambah buruk. Terimalah apa yang telah terjadi, petik hikmah/pelajaran dari hal tersebut, dan kembali maju.


 


5. Fokus dan tulis hal-hal positif
Ketika kita sedang sedang berpikiran negatif, seringkali kita lupa akan apa yang kita miliki dan lebih berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Buatlah sebuah jurnal rasa syukur. Tidak masalah waktunya, tiap hari tulislah lima enam hal positif yang terjadi pada hari tersebut. Hal positif itu bisa berupa hal-hal besar ataupun sekadar hal-hal kecil seperti 'hari ini cerah' atau 'makan sore hari ini menakjubkan'. Selama Anda tetap konsisten melakukan kegiatan ini, hal ini mampu mengubah pemikiran negatif Anda menjadi suatu pemikiran positif. Dan ketika Anda mulai merasa berpikiran negatif, baca kembali jurnal tersebut.


6. Bergeraklah
Berolahraga melepaskan endorphin yang mampu membuat perasaaan Anda menjadi lebih baik. Apakah itu sekadar berjalan mengelelingi blok ataupun berlari sepuluh kilometer, aktifitas fisik akan membuat diri kita merasa lebih baik. Ketika Anda merasa down, aktifitas olahraga lima belas menit dapat membuat Anda merasa lebih baik.


7. Hadapi rasa takut
Perasaan negatif muncul dari rasa takut, makin takut Anda akan hidup, makin banyak pikiran negatif dalam diri Anda. Jika Anda takut akan sesuatu, lakukan sesuatu itu. Rasa takut adalah bagian dari hidup namun kita memiliki pilihan untuk tidak membiarkan rasa takut menghentikan kita.


 


8. Coba hal-hal baru
Mencoba hal-hal baru juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Dengan mengatakan ya pada kehidupan Anda membuka lebih banyak kesempatan untuk bertumbuh. Jauhi pikiran 'ya, tapi...'. Pengalaman baru, kecil atau besar, membuat hidup terasa lebih menyenangkan dan berguna.


9. Ubah cara pandang
Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, cari cara untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang yang lebih positif. Dalam setiap tantangan terdapat keuntungan, dalam setiap keuntungan terdapat tantangan.




 












Sumber:

Selasa, 10 Desember 2013

Pantang Menyerah, Gadis Tunanetra ini Membaca Lewat Bibir

Ketika ingin mencapai tujuan lalu membentur tembok, apa yang harus dilakukan? Orang sukses akan mencari jalan lain untuk mengatasi rintangan. Dan itulah yang dilakukan Tsang Tsz-Kwan, gadis tunanetra di Hong Kong.

Sejak belia  ia tak bisa melihat dan mengalami gangguan pendengaran yang parah. Ia juga mengalami kondisi di mana ujung jari-jari tangannya tidak peka yang membuatnya tak bisa merasakan tonjolan titik-titik dalam huruf Braille.

 
Foto: Jonathan Wong

Kondisi ini justru membuatnya pantang menyerah, gadis berusia 20 tahun itu menemukan jalan alternatif untuk membaca huruf Braille, yaitu dengan menggunakan bibirnya.

"Di kelas 1 SD, saya menyadari bahwa dia selalu membungkuk ke depan," ujar Mee-Lin Chiu, salah seorang guru di Ebenezer School & Home untuk anak-anak yang mengalami gangguan penglihatan - yang merupakan satu-satunya sekolah untuk anak berkebutuhan khusus di Hong Kong yang khusus ditujukan untuk anak tunanetra.

"Dia mengatakan kepada saya itu dilakukan karena dia bisa membaca lebih jelas dengan menggunakan bibirnya ketimbang dengan tangannya."

Tsang sendiri mengakui bahwa, "Saya tahu ini bukan pendekatan yang biasa dan terlihat aneh. Bahkan saya sendiri tidak tahu bagaimana bisa sampai seperti ini," katanya sambil menyebut caranya ini adalah "keajaiban."

Meski Tsang mungkin bukanlah orang pertama yang menggunakan bibir untuk membaca huruf Braille, ia menjadi kasus yang jarang terjadi. "Ini untuk pertama kalinya saya mendengar tentang seseorang yang berhasil menggunakan bibir," kata Diane Wormsely, profesor di North Carolina Central University yang mengkhususkan diri dalam pendidikan untuk tunanetra. Chiu juga mengatakan bahwa Tsang adalah satu-satunya siswa di Ebenezer yang menggunakan bibir mereka - dan merupakan satu-satunya kasus yang ia ketahui terjadi di Hong Kong.



Penuh tantangan
Walau demikian, membaca huruf Braille dengan bibir bukanlah tanpa tantangan.

"Awalnya, tidak ada yang bisa menerimanya," kata Tsang. "Bahkan saat ini, banyak orang yang menganggapnya aneh... Ini bisa menimbulkan hal yang memalukan ketika saya membaca di tempat-tempat umum dan di depan orang yang tidak dekat dengan saya."

Membaca huruf Braille dengan bibir juga menimbulkan masalah kepraktisan karena buku-buku dalam huruf Braille biasanya berukuran besar dan berat.

Meski demikian, Tsang mengatakan ia merasa "bersyukur" masih bisa memiliki cara untuk belajar mengenai dunia melalui tulisan. Membaca adalah salah satu kegemarannya untuk mengisi waktu luang - sumber stimulasi intelektual sekaligus pelarian dari tekanan psikologis.

Ia juga percaya bahwa ia bisa mengatasi kekurangannya dengan kerja keras, tekad dan keinginan untuk mendorong dirinya melampaui zona nyamannya.

"Tanpa keberanian untuk menantang diri saya sendiri, tentu saja tidak mungkin mencapai kesuksesan," sahutnya.



Keluar zona nyaman
Di Ebenezer, kelas-kelas yang diikutinya hanya berisi oleh 10 siswa, yang sama-sama mengalami kekurangan yang membuat mereka dengan mudah menjalin persahabatan. Semua bahan pelajaran dibuat dalam huruf Braille dan para guru khusus dilatih untuk menghadapi anak tunanetra.

Namun di Kelas 7, Tsang memutuskan untuk meninggalkan zona nyamannya di Ebenezer dan pindah ke SMP umum, karena ingin meleburkan dirinya ke dalam lingkungan kehidupan yang lebih nyata. "Saya harus memfasilitasi masa adaptasi saya ke tengah masyarakat ketika saya menyelesaikan studi saya dan harus masuk ke tempat kerja," katanya.

Masa transisinya bersekolah di sekolah khusus anak perempuan Ying Wa di Hong Kong tidak selalu mudah. Kelas-kelas di sana jauh lebih besar dan para guru tidak mendapatkan pelatihan khusus untuk menghadapi siswa tunanetra. Tsang harus mengirimkan semua bahan pelajaran tertulisnya ke Ebenezer atau Hong Kong Society for the Blind untuk diterjemahkan ke dalam huruf Braille. Ia mengungkapkan, membaca dan menulis membuatnya harus menghabiskan waktu dua kali lipat lebih lama dibandingkan teman-teman sekolahnya.

 


Ia menyadari bahwa ia harus lebih mandiri dan memiliki keinginan yang lebih besar untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhanya kepada para staf sekolah dan siswa-siswa lainnya yang menyambut baik kehadirannya, namun tidak terbiasa berhadapan dengan siswa tunanetra.

Salah satu gurunya, Kwong Ho-Ka, mengatakan bahwa sejalan dengan waktu staf di sekolah belajar kapan harus turun tangan untuk membantu Tsang.

"Jika dia membutuhkan sesuatu, dia akan memberitahukan kami," kata Kwong, sambil menambahkan bahwa Tsang yang sangat mandiriberjalan di seputar sekolah tanpa bantuan, menggunakan tongkat dan tangga berjalan serta menggunakan tangga tanpa dibantu.

Kwong, yang terlihat sangat menyayangi Tsang, mengatakan bahwa meski Tsang tidak pernah dicemooh teman-temannya, integrasi sosial adalah proses yang berjalan secara bertahap.

"Dia memiliki teman-teman, namun dia bukan bagian dari beberapa kelompok pertemanan besar. Misalnya, sekelompok perempuan mungkin ngobrol soal budaya pop, namun mungkin akan sulit baginya untuk masuk dalam percakapan seperti itu. Dia mungkin tidak mengenali siapa yang sedang berbicara dan dia tidak akrab dengan budaya pop."



Jadi murid berprestasi
Upaya pantang menyerah Tsang pada akhirnya berbuah manis, ia mendapat nilai tertinggi dalam berbagai bidang studi seperti mata pelajaran Bahasa China, Inggris dan Studi Liberal. Walau demikian, ia sendiri terkejut mendapati hal ini.

"Saya merasa sangat kaget dan gembira ketika saya mendengar bahwa nilai-nilai saya untuk beberapa mata pelajaran melebihi dari harapan saya," sahutnya. "Saya merasa kerja keras saya tahun ini akhirnya terbayar."

Keberhasilannya untuk mencapai bangku kuliah dengan kerja keras, membuat Tsang setia pada filosofi hidupnya yang selama ini dipegangnya. "Ketidaknyamanan dan keterbatasan (kecacatan saya) akan mengikuti saya di sepanjang hidup saya ... dan saya harus memiliki keberanian untuk menghadapi kenyataan ... Saya akan mensyukuri apa yang saya masih miliki."

"Saya ingin mendorong semua orang untuk memiliki keberanian dan ketekunan untuk melalui semua pasang surut dalam kehidupan kita karena saya tahu setiap orang memiliki kesulitannya sendiri. Tapi satu hal yang pasti: di mana ada kemauan, di situ ada jalan."












 







Sosok Misterius, Pahlawan di Tragedi Kereta Bintaro

Kecelakaan kereta Commuter Line yang bertabrakan dengan mobil tangki bahan bakar menyisakan duka yang dalam. Namun untunglah ada sosok-sosok penyelamat sehingga jumlah korban bisa diminimalisir.

Salah satu pahlawan yang tak diketahui namanya hingga jadi sosok misterius diceritakan Eben Ezer Sidari, wartawan Jaringnews yang juga jadi penumpang saat kecelakaan terjadi. Ya, inilah kisah pahlawan tanpa tanda jasa. Pahlawan yang tak perlu sanjungan, cukup baktinya jadi penyelamat nyawa banyak orang.


Foto milik tempo.co /  Muhammad Nafi


Senin pagi, 9 Desember 2013
Sampai beberapa menit setelah peristiwa tabrakan, saya yakin sebagian besar penumpang kereta tidak menyadari apa yang terjadi, seperti juga saya yang sempat terduduk diam di dalam kereta. Keadaan yang di luar dugaan. Kami yang berada di rangkaian gerbong yang agak tengah, sama sekali belum tahu apa yang berlangsung, tatkala kami merasakan sentakan demi sentakan, seakan kereta dipaksa berhenti, sebelum akhirnya kereta itu benar-benar tak bergerak.

Semula saya menduga kereta sudah tiba di stasiun Kebayoran setelah kami melalui stasiun Pondok Ranji. Tetapi ketika melihat keluar dari jendela, saya melihat di kanan-kiri rel kereta adalah pemukiman, bukan bangunan stasiun, sebagaimana biasa. Saya lebih risau setelah menyaksikan beberapa orang sudah berlarian di sepanjang rel, berteriak-teriak, tetapi dengan nada yang tidak jelas. Maklumlah, pintu otomatis kereta masih terkunci. Dari jendela kaca hanya sayup-sayup saja suara itu terdengar.

Makin kacau lagi pikiran saya ketika dari gerbong bagian depan, saya melihat penumpang berduyun-duyun dan berdesak-desakan masuk menerobos melalui pintu penghubung. Semua dengan wajah cemas, sebagian pucat, dan juga dengan teriakan. Beberapa orang diantara mereka mencoba memukul kaca, untuk memecahkannya agar bisa keluar dari kereta. Tapi tak berhasil. Di dalam kereta memang biasanya disediakan palu pemukul kaca dalam keadaan darurat. Namun pada keadaan panik demikian, kelihatannya tidak ada yang terpikir ke sana.

Saya mulai menyadari ada yang tidak beres dalam kereta, tetapi tetap belum tahu apa yang terjadi. Sudah sejak tahun 2005 saya menggunakan jasa commuter line bila hendak pergi kerja, tetapi baru kali ini saya mengalami kepanikan yang seperti ini.

Untung saja penumpang di dalam kereta tidak berjubel. Kereta ini berangkat dari stasiun Sudimara, tempat saya naik, kira-kira pukul 11:00. Itu sebabnya tak banyak penumpang. Tidak seperti pagi hari yang berjubel sampai kita acap kali merasa seperti sesak napas.

Makin berjalan waktu, makin ramai penumpang yang merangsek masuk ke gerbong kami dan mendesak untuk beranjak ke gerbong yang lebih belakang lagi. Satu dua orang berusaha mendobrak pintu otomatis. Tentu saja tak berhasil. Mereka kemudian kembali merangsek ke gerbong yang lebih ke belakang lagi.

Saya pun mulai panik, saya ikut berdiri lalu beranjak hendak menuju gerbong belakang. Siapa tahu di sana ada pintu yang terbuka, pikir saya.

Namun tak berapa lama, seorang pria yang saya sudah lupa wajahnya, dengan cepat mencoba mencari sesuatu di bawah tempat duduk. Ia perlu beberapa waktu untuk menemukannya. Lalu ia menarik sesuatu di sana, dan perlahan-lahan terdengar suara seperti embusan angin, seperti rem angin truk-truk besar ketika ditarik. Bersamaan dengan itu, saya melihat pintu keluar di gerbong kami seperti terlepas. Saya menjangkau pintu itu, dan memang dengan mudah bisa dibuka. Pintu pun terbuka. Beberapa orang penumpang melompat, dan saya juga.

Saya segera berlari menyelamatkan diri. Saya menoleh ke arah depan kereta dan terlihat kobaran api yang sangat besar diiringi beberapa kali dentuman. Untuk menjangkau pemukiman, kami harus memanjat karena rel kereta berada pada cekungan yang cukup dalam. Beberapa penduduk membantu kami untuk naik.

Sampai 15 menit pertama, penduduk sudah ramai menyaksikan kebakaran kereta itu, tetapi belum dapat berbuat apa-apa. Mereka juga ikut panik, sebab khawatir api bisa juga menjalar ke pemukiman dan melalap perumahan mereka. Apalagi menurut mereka, tragedi Bintaro tahun 1980-an yang menewaskan ratusan penumpang kereta ketika itu, juga berada di sekitar lokasi. Saya akhirnya berlari menyelamatkan diri ke rumah RT setempat, untuk menarik napas dan sesudahnya kembali lagi ke TKP untuk mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Ketika saya mencoba menelepon beberapa orang melalui ponsel, gagal beberapa kali. Sinyal kelihatannya kurang bersahabat.

Saya tidak ingat apakah pria yang berhasil menemukan cara membuka pintu tersebut, ikut turun dari kereta bersama saya atau tidak. Sekarang setelah peristiwa itu berlalu, saya mulai berpikir, jangan-jangan pria itu lah yang telah berjasa membuka satu demi satu pintu di kereta, sehingga dapat menghindarkan korban yang lebih banyak.

Saya mulai menduga-duga, mungkin pria itu sudah bergerak dan bekerja dari mulai gerbang di depan, berlanjut ke gerbang yang saya tumpangi, untuk membukakan pintu secara darurat. Seingat saya, ia sama sekali tidak banyak bicara. Seperti sudah terlatih.

Saya juga mulai menduga-duga, jangan-jangan ia tidak ikut turun bersama saya, tetapi melanjutkan langkahnya ke gerbong lainnya, untuk melakukan hal yang sama, membuka pintu otomatis yang dalam keadaan normal, tak akan pernah membuka bila masinis tidak menekan tombol otomatisnya.

Saya juga terpikir, bahwa seandainya kejadian ini pada pagi hari, pasti yang tercipta adalah kepanikan berlipat-lipat kali dari keadaan kemarin itu. Mungkin akan banyak yang terinjak-injak karena semua berusaha menyelamatkan diri. Upaya untuk memecahkan kaca, seingat saya, tidak berhasil di gerbong yang saya tumpangi. Dan sekali lagi, untung saja ada pria yang saya tak bisa ingat lagi seperti apa wajahnya, yang berhasil menemukan cara membukakan pintu dan puluhan bahkan ratusan penumpang, dapat segera meninggalkan kereta.

Dari Bahasa Sanskerta, kita mengadopsi kata phala-wan menjadi pahlawan. Yaitu orang yang menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, masyarakat dan agama. Pahlawan dikenal karena perbuatannya yang menonjol, penuh keberanian dan pengorbanan untuk membela apa yang dianggapnya benar dan perlu untuk bangsa dan negaranya. Pejuang yang gagah berani.

Menurut saya, dia yang telah berhasil menemukan cara membukakan pintu secara darurat itu adalah juga pahlawan. Andai ia tak menemukan cara itu, masih akan banyak penumpang yang terkurung di dalam kereta.












Minggu, 08 Desember 2013

Kisah Tragis Manusia Super Jenius

Menjadi jenius mungkin dambaan mayoritas manusia. Masalahnya, pengharapan sekaligus tekanan berlebih bisa mengorbankan hidup orang yang berotak super. Contoh paling tragis terekam pada kisah William J Sidis, si jenius ber-IQ 250 - 300.

Mungkin belum banyak yang mengenal nama William J Sidis. Kisah berikut akan menjelaskan siapa, apa, dan bagaimana kiprahnya di dunia keilmuan. Sebuah dunia yang mendewakan manusia-manusia super cerdas, lalu lalai pada sisi kemanusiaan itu sendiri.



Berawal dari Boris dan Sarah Sidis, pasutri Yahudi Ukraina yang menjadi imigran ke Amerika Serikat di akhir abad 19 akibat tekanan politik dan agama di negara asal mereka.  Boris dan Sarah kemudian menetap di New York. Dalam waktu singkat, Boris menjadi psikolog cukup terkenal berkat metode hipnosis. Sarah menjadi dokter, dan di jaman itu ia satu-satunya perempuan yang mendapat gelar dokter. Karir pasutri ini sangat cemerlang.

Apakah semua cukup? Belum. Mereka menginginkan anak-anak yang bakal mewarisi kecemerlangan otak mereka. Dan, pada tanggal 1 April 1898, Sarah melahirkan anak pertama pasangan itu , William James Sidis .

Sejak kecil, pendidikan (atau pembentukan? pen.) William dimulai begitu intens. Tabungan keluarga digunakan untuk buku, mainan, serta perlengkapan lain yang bisa mendorong sang anak berkembang cepat. Memanfaatkan teknik psikologi inovatif Boris , William diajarkan untuk mengenal dan mengucapkan huruf dari alfabet dalam beberapa bulan. Si kecil sudah bisa berbicara seperti "door" (pintu) saat usianya 6  bulan. Serta terampil makan sendiri dengan sendok ketika 8 bulan.

Apa bayangan Anda tentang William? ya, anak ajaib. Demikian pula Boris dan Sarah, mereka sangat bangga. Bayangkan, saat menginjak usia 2 tahun William sudah bisa membaca harian New York Times dan mengetik dengan  bahasa Inggris dan Perancis.


Sisi negatifnya, pelatihan berlebih ditambah atensi media (berkat Sarah yang suka menulis jurnal memamerkan keberhasilan anak mereka) mengakibatkan William kehilangan sisi "anak" yang seharusnya bermain dengan teman seusianya. Di usia 9 tahun ia sudah diterima di Harvard, walau pihak kampus menolaknya hadir di kelas karena secara emosional ia belum dewasa.

Orang tua William menekan Harvard dengan menuliskan kisah tersebut hingga dimuat di halaman pertama New York Times. Lalu Tufts College juga mengaku pada publik bahwa William mengoreksi  kesalahan dalam buku-buku matematika dan mencoba untuk menemukan kesalahan dalam teori relativitas Einstein.

Akhirnya Harvard menyerah, William pun bisa kuliah. Ia terdaftar sebagai mahasiswa ketika usianya mencapai 11 tahun.


Boston, 1910. 
Di puncak musim dingin, ratusan orang hadir mendengarkan bocah ajaib William J Sidis berbicara tentang dimensi ke-4 pada tubuh manusia. Kabar ini menyebar cepat, dunia terkesima. Media mendapat sumber berita paling sensasional. Wartawan pun terus menguntit William di kampusnya. Bagaikan selebritas, ia tak punya waktu privasi lagi.

Di usia 16 tahun akhirnya William lulus dari Harvard dengan predikat  cum laude. Membanggakan bagi orang tua dan publik, tapi tidak bagi William. Menurut penulis biografi Sidis Amy Wallace , William mengaku tidak pernah mencium seorang gadis. Suatu hal yang 'aneh' dalam budaya remaja Amerika. Saat wisuda, ia memberi pernyataan terbuka pada wartawan, "Saya ingin menjalani kehidupan yang sempurna. Satu-satunya cara untuk menjalani kehidupan yang sempurna adalah hidup dalam pengasingan. Saya selalu membenci orang banyak."

Setelah meninggalkan Harvard, masyarakat dan orang tuanya mengharapkan hal-hal besar dari William. Dia memang mengajar matematika di Rice University di Houston, Texas. Faktanya, usia William yang lebih muda dari semua siswanya mengakibatkan kesulitan dalam mengajar. Dia pun mengundurkan diri dan pindah kembali ke Boston.


Di saat yang sama, Amerika sebagai negara kapitalis bertolak belakang dengan haluan komunis. Sementara William justru berpaham sosialis, hal ini membawanya ke penjara di bulan Mei 1919 karena merancang demonstrasi sayap kiri. Dalam sel, ia bertemu Martha Foley seorang sosialis Irlandia. Cinta mereka berdua berjalan rumit, sehubungan dengan faham William yang 'unik' soal cinta, seni, dan seks hanyalah agen sebuah "kehidupan yang tidak sempurna."

Pengakuannya sebagai atheis dan sosialis di pengadilan menghasilkan hukuman 18 bulan penjara bagi William. Untung, pengaruh orangtuanya membuat ia keluar penjara. Ia lalu pindah dari satu kota ke kota lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan mengubah namanya agar tak ditemukan.

Selama dalam keterasingan hidupnya, ia menulis puluhan buku dengan nama samaran. Masa-masa inilah karya-karyanya terbilang fenomenal. Dalam The Animate and the Inanimate (1925), William mengklaim tentang wilayah gelap di alam semesta (teori yang sekarang berkembang soal dark matter, anti matter, dan black hole). Sidis juga menulis sejarah Amerika dari jaman prasejarah hingga 1928. Ia menyebut bahwa orang-orang kulit merah sebagai penduduk pribumi juga hidup di waktu yang sama ketika nenek moyang kulit putih berkembang di Eropa.

Penarikan diri William dari dunia, memutuskan kontak dengan orang tuanya, menggiring William dalam kesendirian sebagai anti-sosial. Meskipun media tetap berusaha menjadikannya sumber berita. Tulisan di The New Yorker tahun 1937 yang memuat tulisan seorang reporter wanita yang dikirim untuk berteman sambil mengorek rahasia hidup William merupakan aib terbesar dalam hidupnya. Penggambaran dirinya yang kekanak-kanakan, atau menangis di tempat kerja sungguh kisah memalukan. Tuntutan William pada The New Yorker sempat sampai ke Mahkamah Agung, bagaimanapun publik telah melihat 'kehancuran' William yang gagal menjadi seorang pria seperti seharusnya.

Akhirnya di sebuah hari saat musim panas bulan Juli 1944, William ditemukan tak sadarkan diri dalam apartemen kecilnya di Boston. Ia terserang stroke, otaknya sekarat. Tak pernah sadar lagi dan meninggal di usia 46 tahun. Satu kenangan yang tersisa hanya foto dalam dompetnya, foto Martha Foley...







[apakabardunia.com - dari berbagai sumber]

Jumat, 06 Desember 2013

Mandela dan Keintimannya dengan Indonesia Dalam Madiba Shirt

Bagi masyarakat Indonesia, menyebut Nelson Mandela bukan hanya ia sebagai tokoh besar dunia, tetapi juga kedekatan hubungan dengan Indonesia. Keintimannya tergambar jelas dengan baju yang dipakainya, bahkan kini menjadi ikon dunia: Madiba Shirt, yang tak lain adalah Batik Indonesia.

Orang Afrika Selatan menyapa Nelson Mandela dengan "Madiba magic", merujuk nama marga sukunya, Madiba.  Karena itu, saat ia selalu memakai pakaian khas batik maka orang pun menyebutnya Madiba Shirt.
 
Mandela dan Whitney Houston / reuters - dailymaverick

Kecintaan Mandela pada batik boleh jadi lebih dahsyat dari orang Indonesia sendiri. Ada banyak peristiwa yang mengukuhkan hal tersebut. Jusuf Kala pernah berucap, saat ia malu mengenakan batik pada sidang PBB, justru Mandela dengan bangga memakainya.

Mantan Presiden Afrika Selatan ini di tahun 1997 sempat membuat mendiang Presiden RI Suharto terhenyak ketika menerima Mandela dalam kunjungan kenegaraan. Saat itu Mandela mengenakan kemeja batik, sementara tuan rumah Pak Harto berbalut setelan jas lengkap.

Kepopuleran batik, atau Madiba's Shirt, juga tampak saat Duta Besar frika Selatan untuk Timor Leste dan ASEAN, Noel Noa Lehoko berkunjung ke Solo - terkenal sebagai kotanya batik. Dikutip dari joglosemar, saat Lehoko bertemu dengan Wakil Walikota Solo, Ahmad Purnomo, perhatikan pernyataan sang Dubes ini:
�Saya terkesan para pegawai di sini memakai batik dua kali dalam sepekan, tetapi Nelson Mandela mengenakan pakaian batik setiap hari.�

Hubungan Indonesia dengan Nelson Mandela memang sudah terjalin lama. Dukungan Indonesia begitu kental pada perjuangannya meruntuhkan apartheid, bahkan sejak ia masih dipenjara. Itu sebabnya, Indonesia termasuk salah satu negara pertama yang dikunjungi Mandela sebagai presiden Kongres Nasional Afrika (ANC).

"Pada akhir Oktober 1990--lawatan pertama ke luar negeri, salah satunya adalah Indonesia. Saat itu pemerintah memberikan baju batik," kata Sugeng dan menambahkan sejak itu presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan ini sering memakai batik.

Sugeng Rahardjo mengatakan Mandela langsung jatuh cinta ketika menerima cenderamata batik. Sejak itu, setiap Mandela berkunjung ke Indonesia, ia selalu mengenakan batik.

 
Foto: thenewage.co.za

Sebagian besar kemeja batik yang dikenakan Mandela merupakan rancangan mendiang Iwan Tirta. Maestro batik Indonesia yang dikenal dengan rancangannya melalui motif parang besar.

"Mandela figur atau sosok yang ketokohanya sangat kuat dan pas dengan koleksi batik saya. Dia tak hanya terlihat menarik, tapi kharisma perjuangannya semakin terpancar dengan mengenakan batik," kata Iwan Tirta dalam satu kesempatan di akhir tahun 90an ketika memberikan batik untuk Nelson Mandela.

Ada sedikit yang patut diungkap. Mandela memang jatuh cinta dengan batik, tetapi ia punya perancang busana sendiri yang membuatkannya baju batik. Sonwabile Ndamase, desainer khusus Mandela, seorang warga Burkina Faso yang tinggal di Pantai Gading, dialah yang menciptakan pola batik bagi Mandela selama ini.  

Mandela dan Michele Obama / rnw.nl



Kita boleh bangga sampai ke ubun-ubun menyebut batik berasal dari Indonesia, namun kini batik milik dunia. Sejalan dengan pendapat budayawan Ridwan Saidi,  "Jangan salah paham batik itu bukan Indonesia, batik itu mendunia. Batik itu artinya kain kemasan, kain pembungkus. Itu bahasa Ibrani batik. Jangan salah paham. Bahwa di sini dibikin lebih baik itu cerita lain. Afrika ada batiknya. Jangan kegirangan lebih dulu. Afrika ada batiknya."



Afrika Selatan dan batik
Opini Ridwan Saidi mungkin terdengar kontroversial. Bagaimanapun, hal ini merupakan gambaran bahwa batik mulai mendunia. Rakyat Afrika Selatan sendiri punya kisah unik soal batik. Saat Mandela jadi presiden, tak ada orang yang mau memakai batik. Alasannya, karena pakaian itu ciri khas. Barulah batik mulai dipakai masyarakat setelah sang Madiba tidak lagi jadi presiden.

Menurut Kepala Indonesia Trade and Promotion Center (ITPC) yang berkantor di Johannesburg, Wawan Sudarmawan, Afrika Selatan sebenarnya adalah pasar batik yang potensial karena Mandela suka memakainya. Namun, penjualan masih terkendala.

 
Foto: dispatch.co.za

Menurutnya, sentimen kulit hitam dan putih masih terasa. Orang kulit putih jarang yang mau memakai batik karena sering dipakai Mandela. Mereka anggap batik identik dengan kulit hitam.

Masyarakat setempat pun juga punya tradisi membuat batik dalam beberapa tahun terakhir. Ini terinspirasi oleh pakaian Mandela, batik kiriman Indonesia. Namun, batik Afsel tak sebagus batik Indonesia. Mereka membuatnya dengan cara cap atau sablon dan coraknya disesuaikan dengan kultur setempat.

Penjualan batik Afsel juga belum terlalu banyak. Sepanjang pengamatan Kompas.com, sering kali batik Afsel justru ditemukan di tempat-tempat wisata dan cara memasarkannya dengan menggantung batik-batik itu di pagar atau di tempat-tempat pinggir jalan. Dengan demikian, kesannya batik Afsel adalah pakaian murahan.

Seperti yang terjadi di Museum Hector Pieterson, penjual batik menggantung dagangannya di pagar orang sehingga jarang yang mau datang untuk melihat, apalagi membelinya.

Sebenarnya ada warga Indonesia yang memiliki kios batik di Pretoria, yakni Michael Pasaribu. Menurutnya, minat masyarakat Afrika Selatan terhadap batik semakin meningkat terutama sejak Mandela tidak lagi menjabat sebagai presiden.

"Awalnya masyarakat tidak ingin menggunakan batik seperti beliau, karena beliau itu tokoh dan masyarakat segan untuk meniru beliau," kata Michael yang telah tinggal di Afrika Selatan selama 17 tahun.
 
Foto: bbc.co.uk


"Namun setelah beliau tidak aktif lagi di kantor presiden, banyak yang mulai tertarik dan menanyakan di mana bisa membeli batik," tambahnya.

Michael mengatakan untuk kedutaan besar Indonesia di Afrika Selatan sering mengadakan bazar untuk menampung minat masyarakat ini.

Kini Mandela telah pergi. Ada yang akan terus kekal dalam ingatan. Senyum dan gaya yang khas terbalut dalam pakaian kebanggaannya, batik. Sebuah perjuangan yang tak perlu gembar-gembor media, cukup ketulusannya selalu mengenakan batik setiap saat. Bagaimana dengan kita, negara asal batik, hanya cukup lantang berteriak bangga?






[apakabardunia.com - dari berbagai sumber]