Kamis, 26 September 2013

Hikayat Kassian, Pelopor Fotografer Pribumi Indonesia

Jika Anda penikmat foto atau berniat jadi fotografer, maka sebaiknya mengenal tokoh penting dunia fotografi di Indonesia. Dialah Kassian Cephas. Namanya  banyak disebut sebagai pelopor pemotret pribumi yang pertama di indonesia. Hasil jepretannya menjadi saksi sejarah gerak hidup Kraton, masyarakat Jawa, bahkan pengabadi Borobudur di akhir abad 19.

Terlahir dengan nama Kasihan di Kota Yogyakarta pada tanggal 15 Januari 1845, merupakan putra dari seorang ayah yang bernama Kartodrono dan seorang ibu yang bernama Minah. 


Tetapi beberapa literatur menyebutkan bahwa Cephas merupakan anak asli orang belanda yang bernama Frederik Bernard Franciscus Schalk dan lahir pada tanggal 15 Februari 1844 (Sumber lain menyebut  ia adalah anak angkat).

Setelah masuk kristen protestan dan dibaptis pada tanggal 27 Desember 1860 di sebuah gereja di Kota Purworejo, nama Kasihan berubah menjadi Kassian Cephas. Nama �Cephas� tersebut merupakan nama baptis yang sama artinya dengan Petrus dalam bahasa indonesia.

Cephas belajar fotografi untuk pertama kalinya kepada seorang fotografer dan pelukis yang bernama Isodore Van Kinsbergen di Jawa Tengah poda kurun waktu 1863-1875.

Selain Kinsbergen, Cephas pun sempat berguru kepada Simon Willem Camerik, seorang fotografer dan pelukis yang kerap mendapatkan tugas memotret kraton Yogyakarta dari Sultan Hamengkubuwono VII.

Pada tahun 1870 ketika Camerik meninggalkan Yogyakarta, Cephas diberi amanat oleh Sultan Hamengkubuwono VII sebagai fotografer dan pelukis resmi kraton Yogyakarta.  Karya foto pertama Cephas menggambarkan obyek Candi Borobudur yang dibuat pada tahun 1872.
 




 

Cephas memiliki sebuah studio foto di daerah Loji Kecil yang sekarang letaknya berada di Jalan Mayor Suryotomo dekat Sungai Code di Jawa Tengah. Cephas pun mempunyai seorang asisten foto yang bernama Damoen.

Nama Cephas semakin bersinar ketika Isaac Groneman yaitu seorang dokter resmi sultan asal belanda memujinya di sebuah artikel yang ia tulis untuk untuk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Lembaga Kesenian dan Ilmu Pengetahuan Batavia) pada tahun 1884.
 
HB VII dengan pakaian kebesaran Kesultanan Yogyakarta - 1890 (kiri). HB VII dengan kostum militer Belanda - Pada 1878

Tari Bedhaya, In den Kedaton, 1884.

Lodji Ketjil Wetan, Yogyakarta, tempat tinggal Cephas - 1895

Pregiwa - Putra Mahkota Hamengkunegara III sebagai Gatotkaca, menggendong Pregiwa - De Wajang Orang, 1899 (kiri). Potret studio perempuan muda Jawa, 1900 (kanan)

Pertunjukan wayang beber oleh Gunakarya dari Gelaran, Gunung Kidul, di rumah Wahidin Sudirohusodo, untuk penelitian G.A.J. Hazeu, 1902
 
Publikasi luas foto-foto Cephas dimulai pada tahun 1888 ketika ia membantu membuat foto-foto untuk buku karya Isaac Groneman, seorang dokter yang banyak membuat buku-buku tentang budaya Jawa, yang berjudul: In den Kedaton te Jogjakarta. Pada buku karya Groneman yang lain: De Garebeg�s te Ngajogjakarta, karya-karya foto Cephas juga ada di situ.

Kemudian Cephas bergabung dengan sebuah perkumpulan yang didirikan oleh Isaac Groneman dan J.W. Ijzerman mendirikan Vereeniging voor Oudheid-, Land,- Taal- en Volskenkunde te Yogjakarta (Union for Archeology, Geography, Language and Etnography of Yogyakarta) pada tahun 1885 ( yang selanjutnya disebut Vereeniging voor Oudheid). Karir Cephas pun semakin meningkat ketika ia bergabung dengan perkumpulan tersebut.

Pada saat Cephas berumur 60 tahun, beliau mulai pensiun dari bisnis fotografi yang digelutinya.  Sem, putra Cephas meneruskan karirnya di dunia fotografi.

Tanggal 16 November 1912 menjadi hari yang bersejarah. Kassian Cephas meninggal dunia setelah mengalami sakit yang berkepanjangan. Ia dimakamkan di Kuburan Sasanalaya yang terletak antara pasar Beringharjo dan Loji kecil.

















Sumber:
seribukata.
fotografius
fotografiindonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar